CIAMIS, iNewsCiamisRaya.id – Julukan yang melekat pada Ciamis adalah "Kota Manis". Kota ini merupakan salah satu kabupaten yang berada di wilayah Provinsi Jawa Barat, Indonesia.
Sebutan ini berasal dari nama Ciamis yang dalam bahasa Sunda memiliki arti "air manis". Julukan "Kota Manis" juga menggambarkan keindahan dan daya tarik kota ini, serta penduduknya yang ramah dan sangat toleran.
Kabupaten Ciamis memang memiliki sejarah yang panjang dan menarik. Wilayah ini memiliki hubungan dengan Kerajaan Galuh, salah satu kerajaan Hindu-Buddha yang berdiri pada abad ke-7 hingga abad ke-16 Masehi. Pada masa itu, Ciamis dikenal sebagai salah satu pusat kebudayaan dan perdagangan di Jawa Barat.
Setelah Indonesia meraih kemerdekaannya, Kabupaten Ciamis menjadi bagian dari Republik Indonesia. Sejak itu, Ciamis terus mengalami perkembangan dan pertumbuhan dalam berbagai bidang, termasuk ekonomi, infrastruktur, dan pariwisata.
Sejarah dan Asal-usul Kabupaten Ciamis
Pusat Kerajaan Galuh berada di sekitar Kawali, yang sekarang merupakan bagian dari Kabupaten Ciamis. Berdasarkan naskah-naskah kelompok pertama, berdirinya Kerajaan Galuh dikaitkan dengan tokoh Ratu Galuh, yang merupakan ratu pertama dari kerajaan tersebut.
Selama masa pemerintahan Kerajaan Galuh, terjadi konflik dengan Kerajaan Majapahit. Salah satu peristiwa penting adalah peperangan antara Kerajaan Galuh dan Kerajaan Majapahit. Peperangan ini berawal ketika putri dari Prabu Maharaja Linggabuanawisesa, yang merupakan penguasa Kerajaan Galuh, ingin diperistri oleh Prabu Hayam Wuruk, penguasa Kerajaan Majapahit.
Pada saat itu, Raja Sunda menolak permintaan Prabu Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit untuk menikahi putrinya. Hal itu dilakukan karena merasa tidak puas dengan sikap arogan dan dominasi yang ditunjukkan oleh Kerajaan Majapahit memilih berperang. Dalam pertempuran tersebut, Raja Sunda gugur, dan putranya yang masih kecil, Prabu Niskala Wastu Kancana (1371-1475), menjadi pewaris takhta.
Kemudian, kerajaan dipegang oleh Hyang Bunisora Suradipati (1357-1371) hingga pada akhirnya diserahkan kepada Niskala Wastu Kancana ketika sudah dewasa. Pada tahun 1595, Kerajaan Galuh jatuh ke tangan Senopati dari Mataram setelah invasi yang diperkuat oleh Sultan Agung. Pada masa itu, Mataram, yang dipimpin oleh Sultan Agung, sedang melakukan ekspansi ke wilayah-wilayah sekitarnya untuk memperluas kekuasaannya.
Pada tahun 1628, ketika Mataram merencanakan serangan terhadap VOC di Batavia, terjadi perbedaan pendapat di antara massa Mataram di Priangan. Kala itu Galuh dipimpin oleh Adipati Panaekan, diangkat menjadi Wedana Mataram dan cacah sebanyak 960 orang.
Editor : Asep Juhariyono