Krisis Air Irigasi Wangundirja, Ratusan Hektare Sawah di Cisaga Ciamis Terancam Gagal Produksi

CIAMIS, CiamisRaya.iNews.id – Krisis air irigasi mengancam kelangsungan pertanian di Kecamatan Cisaga, Kabupaten Ciamis. Saluran Irigasi Wangundirja yang seharusnya menjadi sumber pengairan bagi 350 hektare sawah kini berada dalam kondisi memprihatinkan, akibat lumpuhnya fungsi Bendung Cihampelung.
Kondisi ini membuat pasokan air ke lahan pertanian di empat desa, yakni Desa Karyamulya, Wangunjaya, Mekarmukti, dan Cisaga, tidak lagi stabil. Akibatnya, puluhan hektare sawah terbengkalai dan berubah fungsi menjadi lahan kering, bahkan beberapa area kini ditumbuhi semak belukar.
Kepala Desa Cisaga, M. Toha, menyampaikan bahwa sekitar 50 hektare sawah di desanya telah lama tidak dapat digarap karena tidak lagi menerima aliran air dari saluran Wangundirja. Area terdampak tersebar di empat dusun, di antaranya Dusun Cipurut 10 ha, Cimanggu 15 ha, Cikunten 5 ha, dan Mulyajaya 15 ha.
"Karena tak ada air bertahun-tahun, sebagian sawah kini berubah jadi kebun. Sisanya malah jadi semak belukar,” ungkap Toha prihatin.
Di desa tetangga, Wangunjaya, nasib tak jauh berbeda. Menurut Kepala Desa Wangunjaya, Dedeh, sekitar 15 hektare sawah yang biasanya dapat ditanami dua kali setahun kini hanya bisa dipanen satu kali. Hal ini tentu berdampak signifikan pada produktivitas dan penghasilan para petani setempat.
Menurut Toha, penyebab utama mandeknya pengairan bukan hanya soal pendangkalan atau kerusakan teknis pada saluran irigasi, tetapi lebih parah dari itu Bendung Cihampelung yang menjadi sumber utama aliran air telah lumpuh total.
Bendung yang terletak di Desa Karyamulya, sekitar 9 kilometer dari Cisaga, tidak lagi mampu menahan dan mengalirkan air dari Sungai Ciliwung (anak Sungai Cimuntur) ke saluran Wangundirja. Kondisi ini disebabkan oleh pendangkalan ekstrem di area bendung serta kerusakan tanggul, yang membuat air sungai mengalir bebas tanpa masuk ke jaringan irigasi.
“Kalau cuma salurannya yang diperbaiki, tapi sumber airnya tetap mati, sama saja bohong. Yang harus jadi prioritas utama adalah pemulihan fungsi Bendung Cihampelung,” tegas Toha.
Masalah ini mencuat dalam pertemuan yang digelar di Balai Desa Cisaga, Jumat (13/6/2025) sore. Hadir dalam agenda tersebut anggota Komisi IV DPR RI, Ir. H. Herry Dermawan, yang secara khusus datang untuk meninjau langsung kondisi lapangan.
Turut hadir pula para kepala desa dari wilayah terdampak, perwakilan Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Petugas Penyuluh Lapangan (PPL), pengawas irigasi, kelompok tani, hingga tokoh masyarakat setempat.
Dalam kesempatan tersebut, Herry meminta semua pihak yang terkait agar segera melakukan pendataan menyeluruh terhadap kondisi riil infrastruktur irigasi di setiap desa, termasuk jaringan primer, sekunder, dan tersier.
“Tanpa data lapangan yang akurat, intervensi pemerintah akan rawan salah sasaran. Kita ingin solusi nyata, bukan tambal sulam,” ujar Herry.
Ia juga menekankan bahwa ketersediaan air irigasi dan pupuk merupakan faktor krusial dalam menunjang ketahanan pangan nasional. Karena itu, penyelesaian masalah ini harus menjadi prioritas dalam agenda pembangunan pertanian.
Krisis irigasi yang berlangsung bertahun-tahun ini telah menjadi luka lama bagi para petani Cisaga. Namun, dengan adanya perhatian serius dari pemerintah pusat melalui Komisi IV DPR RI, harapan pun mulai tumbuh.
Masyarakat dan pemerintah desa berharap, pemulihan fungsi Bendung Cihampelung dapat segera masuk dalam program nasional revitalisasi irigasi, agar ratusan hektare sawah yang kini terbengkalai bisa kembali produktif, dan para petani dapat kembali menggantungkan hidup dari lahan mereka sendiri.
Editor : Asep Juhariyono