Perjalanan Metafy sejauh ini mungkin tampak seperti kisah startup yang agak konvensional. Tapi perjalanan Fabian, yang pernah hidup dari kupon makanan dan menjadi pemain tertinggi peringkat nasional di Yu-Gi-Oh!, tentu saja luar biasa.
Pada usia 16 tahun, Fabian membebaskan diri dari orang tua angkatnya. Dia putus sekolah menengah dan menjadi ayah pertama kalinya pada usia 20 tahun. Untuk sementara waktu, dia dan pasangannya saat itu hidup dari kupon makanan. Bahkan, kadang-kadang mencuri popok dan perlengkapan lain untuk bayinya.
Fabian adalah seorang pembuat kode otodidak. Sumber penghasilan utamanya saat itu dari mendesain situs web kecil dengan tarif sekitar 100 dolar AS per pekerjaan. Dia pun memutuskan untuk serius berkarier demi menghidupi keluarganya, dengan kursus coding tiga bulan di Chicago, yang menghasilkan pekerjaan web designer dengan startup Obaz pada 2012.
Selain gaji, Fabian mengatakan dia, juga mendapat ekuitas di perusahaan. Ketika Groupon mengakuisisi Obaz dua tahun kemudian dengan harga sekitar 250.000 dolar AS, secara finansial menjadi lebih baik daripada sebelumnya.
"Itu mengubah hidup saya," ujar Fabian. Setelah hampir tiga tahun di Groupon, Fabian menjauh dari dunia teknologi untuk fokus pada hasrat lain, yakni bermain game. Saat remaja, Fabian pernah mencapai peringkat teratas secara nasional di Yu-Gi-Oh! di negaranya. Pada 2016, dia menghabiskan delapan jam per hari bermain game online seperti Clash Royale dan Hearthstone, sambil melihat namanya naik ke papan peringkat.
Fabian secara teratur menyiarkan langsung permainannya di Twitch dan memposting video ke YouTube. Akhirnya, orang-orang meminta sesi pelatihan satu lawan satu.
"Saya melakukannya dengan bayaran 100 dolar AS per jam," ucapnya.
Dalam enam bulan pelatihan, Fabian mendapatkan 40.000 dolar AS. Itu adalah hasil yang bagus, tetapi tidak cukup meyakinkannya untuk meninggalkan kariernya yang menguntungkan sebagai web designer.
Namun dia menyadari kewirausahaan tampaknya merupakan cara yang paling layak untuk dilakukannya. Akhirnya pada 2016, Fabian mencoba meluncurkan Kitsu, sebuah platform jejaring sosial bagi para penggemar komik anime dan manga untuk saling terhubung dan menemukan judul-judul baru. Dia berjuang, kehabisan uang, namun Fabian terus kembali ke ide pelatihan video game.
Pada saat itu, anak-anaknya secara obsesif memainkan permainan kartu perdagangan Pokémon secara online. Fabian menghubungi beberapa gamer peringkat atas untuk melihat apakah mereka bersedia melatih anak-anaknya. Salah satunya menawarkan jasa hanya dengan 20 dolar AS per jam, lebih murah dari tarif jasa babysitter anaknya.
Belakangan, Fabian menemukan sumber pendapatan utama pelatih adalah pekerjaan dengan upah minimum.
"Saya baru saja menemukan itu luar biasa. Saya tidak sendirian, dan pasti ada ratusan ribu orang yang mengalami perasaan menjadi benar-benar hebat ini — sangat sedikit orang yang pernah benar-benar hebat dalam sesuatu — dan tidak mampu mencari nafkah dengan melakukannya," tuturnya.
Editor : Asep Juhariyono