“Setelah dinyatakan positif, mereka harus berobat selama 6 bulan dan obatnya ini gratis. Nah, selama 6 bulan ini, para kader ini harus memonitor atau memantau pasien tersebut," sambunya.
Ia menuturkan, dari hasil pertemuan dengan para kadet TB ini akan dibawa ke provinsi. Pihaknya juga akan berusaha membuka hati pemerintah untuk memperhatikan para kader sebagaimana memperhatikan yang lainnya.
“Nanti akan diupayakan supaya para kader TB ini bisa lebih diperhatikan, karena mereka juga bukan hanya mencari pasien yang suspek, tapi juga bertugas menyosialisasikan bahwa penyakit TBC itu bukan aib. Penyakit ini seperti penyakit yang ada pada umumnya dan bisa disembuhkan, yang penting disiplin,” tuturnya.
Salah seorang kader TB di Desa Dewasari, Lesin, mengatakan, honor yang ia terima sejak 2017 belum ada kenaikan. Selain honor, para kader juga mendapatkan penghargaan atau bonus sebesar Rp45 ribu untuk satu pasien jika dinyatakan sembuh dari TBC dalam kurun waktu selama 6 bulan.
“Kerjanya lumayan juga, kami kunjungan ke lapangan yang sudah terdata dari Puskesmas Handapherang. Kemudian mengambil sempel dahak untuk diserahkan ke lab. Kalau pasien gak mau diminta sempel dahak ya, berarti gak dapat honor Rp15 ribu itu," kata Lesin.
Menurutnya, di Desa Dewasari terdapat 4 kader yang masih aktif. Dikarenakan Desa Dewasari cukup luas, maka dengan 4 kader tersebut penelusuran dan penangan penyakit TB di masyarakat belum bisa maksimal.
“Mudah-mudahan bisa menambah kader lagi supaya bisa menangani penyakit TB di wilayah Puskesmas Handapherang yang totalnya sekitar 40 pasien. Di Desa Dewasari sendiri ada 15 pasien," ujarnya.
Lesin berharap pemerintah menambah jumlah kader atau relawan lain yang memiliki hati untuk bekerja secara sosial dan bergabung sebagai kader TB. Selain itu, pihaknya berharap peran pemerintah untuk lebih memperhatikan para kader TB di Kabupaten Ciamis.
“Saya harap, kami sebagai kader yang merupakan pekerjaan sosial menolong warga masyarakat terhindar dari penyakit TB, ingin lebih diperhatikan seperti halnya kader lain yang mendapat perhatian," pungkasnya.
Editor : Asep Juhariyono