CIAMIS, iNewsCiamisRaya.id - Hujan lebat yang mengguyur wilayah Banjarsari, Kabupaten Ciamis, dalam beberapa hari terakhir, mengakibatkan bencana alam tanah longsor di Dusun Karangwangkal, Desa Kawasen, Kecamatan Banjarsari, Rabu (9/11/2022).
Batu raksasa dengan tinggi sekitar 8 meter dan diameter sekitar 10 meter, terbawa longsor menutup jalan desa di Dusun Karangwangkal. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam bencana longsor yang terjadi sekira pukul 08.00 WIB tersebut.
Kejadian tanah longsor dengan batu raksasa ini merupakan kali keduanya. Sebelumnya, batu raksasa juga sempat menutup akses jalan desa pada Minggu, 26 Juni 2022 di lokasi yang sama. Warga mengevakuasinya dengan cara dihancurkan menggunakan dinamit. Batu raksasa yang longsor kali ini ukurannya dua kali lipat dari batu sebelumnya yang menutup akses jalan desa.
Kepala Desa Kawasen Suharno mengatakan, terdengar suara gemuruh dari kejauhan seperti ada yang roboh. Warga yang penasaran kemudian mendatangi asal suara tersebut dan ternyata tanah longsor dan batu raksasa sudah menutup akses jalan.
“Ini longsor ke dua kalinya. Batu raksasa menutup akses jalan desa,” kata Suharno saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (9/11/2022).
Menurutnya, dampak dari bencana longsor tersebut, warga di 3 RT sebanyak 114 Kepala Keluarga (KK) kini terisolir. Seluruh badan jalan tertutup batu, sehingga akses jalan tidak bisa dilalui oleh kendaraan maupun pejalan kaki. Untuk menuju ke wilayah perkotaan, warga harus menempuh jarak 35 kilometer memasuki Kabupaten Pangandaran.
"Ada 114 KK yang terisolir. Ini jalan menghubungkan Karangwangkal, Caringin dan Karangduyung. Kondisinya saat ini sama sekali tidak bisa dilintasi pejalan kaki apalagi kendaraan," ujarnya.
Suharno menjelaskan, pasca kejadian tanah longsor, ada sejumlah anak-anak yang terjebak dan tidak bisa melintas seusai pulang sekolah. Orang tua anak dan warga sekitar berupaya menggendong anak- anak ke atas batu raksasa tersebut agar bisa pulang ke masing-masing rumahnya.
"Tadi anak-anak yang pulang sekolah juga digendong orang tuanya naik ke batu supaya bisa sampai ke rumahnya," jelasnya.
Ia menuturkan, untuk mengevakuasi batu berukuran besar tersebut tidak bisa menggunakan alat berat. Melainkan perlu tim teknik yang melakukan penilaian bila harus kembali dihancurkan menggunakan dinamit.
"Evakuasinya belum tahu harus pakai dinamit lagi atau seperti apa. Harus ada tim teknik, jangan sampai setelah dihancurkan kembali lagi terjadi batu longsor dari bukit," pungkasnya.
Editor : Asep Juhariyono