Perang pun tak terelakan, korban jiwa berjatuhan dari kedua belah pihak. Kalimat takbir terus terdengar dari pasukan Samudra Pasai. Konon perang tersebut berlangsung selama tiga hari dan hanya berhenti saat senja tiba.
Samudera Pasai kerajaan Islam pertama di nusantara dan terletak di kawasan Selat Malaka Foto: Ist
Memasuki hari keempat, Malikuddhahir mulai berhitung, ia menilai pasukan Majapahit pasti mulai melemah dan berkurang. Sehingga diambil keputusan untuk melakukan penyergapan langsung ke tenda-tenda penginapan pasukan Majapahit.
Penyergapan yang dilakukan menjelang pagi itu berlangsung sukses, pasukan Majapahit semuanya menyerah, termasuk sang panglima. Namun oleh Kerajaan Pasai mereka tidak ditawan tapi disuruh kembali ke Majapahit. Meski mengalami kekalahan di perang pertama, Majapahit dikabarkan tidak menyerah.
Majapahit kembali menyerang Samudera Pasai dengan dipimpin langsung oleh Gajah Mada. Saat penyerangan kedua Majapahit melakukannya dari dua arah, darat dan laut. Tragisnya saat terjadi penyerangan tersebut, tengah terjadi goncangan di Samudera Pasai karena adanya pemberontakan dan perebutan kekuasaan.
Meski pasukan Samudra Pasai berhasil memukul mundur pasukan darat Majapahit, namun pasukan laut Majapahit berhasil masuk ke kota Pasai dan menguasainya.
Ambisi Dalam Perang Bubat
Posisi Kerajaan Sunda cukup unik bagi Majapahit. Sunda merupakan kerajaan sendiri, bebas merdeka, namun dalam pulau yang sama dengan Majapahit yakni, Jawadwipa.
Selain itu, tidak ada alasan untuk memerangi Kerajaan Sunda karena kedua kerajaan selama ini berhubungan cukup baik. Ditambah pernyataan dalam prasasti raja Sri Jayabhupati pada abad 11 ditemukan di Sukabumi.
Ada tafsiran mirip gelaran dengan Raja Airlangga, Jayabhupati 'Haji ri Sunda' (Raja Sunda) sebenarnya masih ada hubungan darah dengan raja-raja di wilayah Jatim pada massanya.
Jadi, raja-raja Jayabhupati masih berkerabat dengan para penguasa di Jatim pada zaman itu. Namun di mata Gajah Mada kedudukan Sunda yang merdeka mengganggu pembuktian sumpahnya.
Tapi, Gajah Mada sadar tidak ada alasan untuk memusuhi Kerajaan Sunda. Apalagi, hubungan kedua kerajaan cukup baik. Hanya yang mengganjal hati Gajah Mada, Sunda tidak pernah mengakui kekuasaan Majapahit.
Sampai akhirnya momen itu datang, dimana rombongan Raja Sunda beserta permaisurinya berangkat ke Majapahit untuk keperluan pernikahan putrinya Dyah Pitaloka dengan Raja Majapahit Hayam Wuruk.
Kesempatan itu dilihat Gajah Mada peluang sekaligus sebagai kelemahan Raja Sunda yang mendatangi Majapahit untuk menyerahkan putrinya ke Majapahit.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait