JAKARTA, iNewsCiamisRaya.id – Sepak terjang marsose menjadi catatan kelam sejarah terutama di Aceh. Pasukan khusus zaman kolonial Belanda ini terkenal kejam dan bengis dalam menumpas perlawanan para pejuang di berbagai daerah di Nusantara.
Pasukan khusus komando pertama yang beranggotakan campuran antara orang Belanda dan warga pribumi ini dikenal dengan sebutan Marsose atau marechaussee. Unit infanteri dengan pasukan kecil ini memiliki mobilitas tinggi, punya daya tahan tinggi di berbagai medan, dan memiliki kemampuan bertempur yang kuat dibandingkan pasukan biasa.
Senapan yang digunakan pasukan ini berukuran lebih pendek dari senapan biasa (karaben) dan tidak tergantung angkutan militer serta biasa berjalan kaki. Hebatnya lagi, Unit marsose ini juga tidak bergantung pada jalur suplai logistik.
Personel marsose selain dipersenjatai karaben juga dipersenjatai senjata tajam tradisional khas penduduk setempat seperti klewang, rencong dan sebagainya.
Keunggulan lainnya, marsose memiliki karakter tersendiri dalam bertempur. Mereka tidak terlalu mengandalkan senjata api, melainkan senjata tajam sejenis klewang untuk menghabisi lawannya dalam jarak dekat.
Selain itu penggunaan senjata tajam sangat membantu prajurit khusus ini sehingga bisa membunuh lawan tanpa harus membuat gaduh dan kehilangan peluru.
Konsep yang digunakan marsose ini tidak jauh berbeda dengan pasukan khusus yang ada dan berkembang sekarang ini.
Marsose dikenal sebagai pasukan kecil dengan daya gempur yang dahsyat terhadap pertahanan lawan. Marsose yang secara resmi disebut Korps Marechaussee te Voet dibentuk pada 26 Oktober 1814 oleh Pemerintah Belanda berdasarkan Dekrit No 48. Namun Korps Marechaussee te Voet yang ada di Belanda berbeda dengan marsose yang bertugas di Hindia Belanda (Indonesia).
Menurut Paul Vant Veer dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia Jilid X, Jakarta, disebutkan bahwa Marsose di Hindia Belanda dibentuk atas usulan dari Teuku M Arif, jaksa kepala di Kutaraja, Aceh yang mendukung Belanda.
Editor : Asep Juhariyono