Kisah Marsose yang Kejam dan Bengis, Pasukan Khusus Belanda Beranggotakan Pribumi

SM Said, Sunu Hastoro
Marsose, pasukan khusus zaman kolonial Belanda terkenal kejam dan bengis dalam menumpas perlawanan para pejuang dari berbagai daerah di Nusantara. Foto: Ist

Dia memberi nasihat kepada Gubernur Militer Belanda di Aceh, Jenderal Van Teijn untuk membentuk sebuah unit-unit tempur kecil infanteri anti gerilya yang memiliki mobilitas tinggi.

Selanjutnya marsose dibentuk di Hindia Belanda yang personilnya merupakan anggota pilihan dari berbagai kesatuan Koninklijke Nederlands Indische Leger (KNIL) baik pribumi maupun Eropa pada.

Banyak warga pribumi dengan kemahiran dalam pertarungan menjadi anggota marsose karena mereka lebih familiar dengan iklim tropis.

Pembentukan pertama korps ini terdiri dari satu divisi yang terbagi dalam dua belas brigade, yang masing-masing terdiri dari dua puluh orang serdadu Ambon dan Jawa di bawah pimpinan seorang sersan Eropa dan seorang kopral Indonesia.

Kolone Macan

Pasukan ini memulai kiprahnya di Hindia Belanda (nusantara) dengan terjun di Bumi Serambi Mekkah pada tahun 1890. Salah satu unit marsose yang diterjunkan di Aceh dikenal dengan nama Kolone Macan.

Kolone Macan adalah unit khusus yang dibentuk untuk memadamkan perlawanan para pejuang Aceh. Pasukan khusus ini berhasil memukul mundur pejuang Aceh dan sempat menangkap salah satu Panglima Aceh, Teuku Umar yang kemudian mati syahid.

Cara kerja pasukan ini terkenal kejam dan sadis saat mereka melakukan sweeping dan eksekusi di tempat. Berita kesadisan Marsose itu terdengar sampai di daratan Eropa.

Bahkan pasukan marsose pimpinan Overste van Daalen telah pada tahun 1904 membantai sebanyak 2.549 orang di Kampung Kute Reh, Badek, Cane Uken Tungul, Penosan, Tampeng, Likat dan Kute Lengat Baru.

Meski akhirnya pasukan ini mampu membantu pemerintahan kolonial Hindia Belanda mengakhiri Perang Aceh yang panjang hingga awal abad ke 20. Namun Belanda mengalami kerugian yang sangat besar baik dari segi materi dan moral dalam pendudukannya di Bumi Serambi Mekkah ini.

Kiprah pasukan marsose juga dinilai berhasil mengalahkan pasukan Sisingamangaraja XII saat berperang di pedalaman Sumatera Utara pada 1907. Pasukan ini dipimpin Letkol WBJA Scheepens dan Hans Christoffel yang juga telah berhasil dalam menjalankan tugasnya di Aceh.

Hans Christofell adalah orang yang memimpin pengejaran terhadap Sisingamangaraja XII dengan bantuan prajurit Belanda dari Senegal yang sangat ahli berburu.

Setelah mereka memadamkan perjuangan Sisingamangaraja XII, di pedalaman Sumatra Utara, Piso Gaja Dompak, pedang pusaka yang biasa dibawa bertempur oleh Sisingamangaraja XII lalu diserahkan ke Gubernur Jenderal Hindia Belanda sebagai bukti raja di tanah Batak ini telah ditaklukan.

Editor : Asep Juhariyono

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network