Ancaman Longsor Masih Mengintai Ciamis, Satu Rumah Sudah Dikosongkan, 2 Lainnya Terancam Ambruk

Kepala Desa Karangkamulyan, Uus Jalu Uswandi, mengatakan kondisi di lapangan cukup mengkhawatirkan. Ia menyebut bahwa retakan tanah yang muncul di tebing dekat jalur rel kereta api Ciamis-Banjar bisa memicu longsor susulan, terlebih dengan intensitas hujan tinggi dalam beberapa hari terakhir.
“Kondisi tebing makin tidak stabil. Kalau longsor besar terjadi, tak hanya rumah warga yang terancam, tapi juga jalur rel KA di atasnya bisa terdampak,” terang Uus yang akrab disapa Kuwu Anom.
Pihak desa, kata Uus, telah melaporkan kondisi tersebut ke PT KAI, mengingat tebing yang bergerak berada di bawah jalur rel aktif yang dilintasi kereta api.
Ia mengungkapkan bahwa selain hujan deras, luapan air dari saluran bawah rel kereta api turut memicu longsor. Air meluap ke lahan milik PT KAI lalu menggerus kebun warga di lereng, hingga akhirnya menyebabkan pergeseran tanah yang membahayakan permukiman di bawahnya.
Hingga saat ini, dua keluarga telah mengungsi, yaitu Tati yang rumahnya hancur total, serta Sendi yang mengantisipasi ancaman longsor. Total ada 12 jiwa yang harus meninggalkan rumah demi keselamatan.
Ketua DPRD Kabupaten Ciamis Nanang Permana, turut meninjau lokasi pada Kamis (15/5/2025). Ia menyerahkan bantuan kepada empat keluarga terdampak, termasuk yang rumahnya terancam maupun yang sudah mengalami kerusakan total.
“Kami mendorong agar PT KAI segera mengambil langkah konkret. Bila dibiarkan, bukan hanya merugikan warga, tapi juga bisa memicu ketegangan sosial,” ujar Nanang.
Ia menambahkan, DPRD Ciamis akan mengundang pihak PT KAI untuk membahas penanganan serius terhadap potensi bencana tersebut.
“Jalur rel ini melintasi kawasan rawan longsor. Bila tidak direspons, bukan hanya warga yang resah, tapi juga bisa membahayakan perjalanan kereta api,” pungkasnya.
Editor : Asep Juhariyono