Tersengat Harga Kelapa yang Meroket, Usaha Pembuatan Galendo Khas Ciamis Mati Suri

Dampak dari naik membubungnya harga kelapa tersebut, tidak hanya Mang Endut yang berhenti produksi. Termasuk 3 perajin galendo yang selama ini menjadi mitranya yang selalu setia memproduksi makan khas Ciamis warisan tradisi leluhur tersebut.
Empat tungku yang ada di pabrik galendo Mang Endut, rajanya galendo Ciamis tersebut sudah sebulan ini dingin. Tak ada api menyala, memasak santan menjadi galendo (sari pati olahan santan) dan minyak kletik.
12 orang pekerja pun terpaksa di rumah.
"Doain kami akan produksi kembali lagi kalau harga kelapa sudah normal. Sudah turun kembali ke sedia kala," ujar Mang Endut yang sudah mengeluti usaha pembuatan galendo sejak tahun 1980-an tersebut.
Menurut Mang Endut kalau harga kelapa masih Rp 5.500/butir masih memungkinkan untuk produksi.
"Makanya saat harga sudah mencapai ,Rp 9.000/butir kami memilih berhenti produksi. Apalagi sekarang, katanya sudah di atas Rp 12.000/butir," imbuhnya.
Dampak naik melejitnya harga kelapa, tak hanya membuat usaha perajin galendo di Ciamis mati suri, bahkan terancam punah bila harga kelapa tak kunjung turun.
Namun sejumlah rumah makan padang di Ciamis juga terdampak. RM Padang yang identik dengan menunya berbahan santan.
"Gimana tidak terdampak, waktu normal harga santan siap pakai hanya Rp 15.000/kg. Memasuki bulan puasa naik terus, hari ini sudah tembus Rp 40.000/kg. Itupun karena pelanggan," ujar Buyung, pemilik sebuah rumah makan padang di wilayah Kertasari Ciamis.
Editor : Asep Juhariyono