Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi serangan penyakit patek, tidak hanya dengan menyemprotan fungisida tetapi juga memperbaiki drainase kebun agar air tidak menggenang serta mengurangi kelembaban.
"Yang paling penting memetik buah cengek yang sudah kena patek. Buah cabai yang bercak-bercak seperti ini langsung dipetik, dibuang dikubur," imbuhnya.
Kalau dibiarkan tetap di pohon, penyakit sangat cepat menular.
"Penyakitnya sangat cepat menular, seperti virus corona (Covid 19). Makanya setiap kerjaaan metik buah cabai yang kena patek. Menyelamatkan buah yang tidak tertular. Setiap hari sampai 15 kg, buah cengek domba yang dipetik dan dibuang begitu saja,"ungkap Darno.
Sabtu siang tersebut, Darno sejak jam 09.00 mengecek setiap pohon cengek domba, kemudian memetik buah yang kena penyakit patek agar tidak menular. Sampai jam 14.00 WIB sudah terkumpul 10 kg lebih.
"Ini semua, ada sekitar 10 kg lebih. Semuanya sudah kena patek," katanya sembari kantong keresek hitam berisi buah cengek domba yang terjangkit antraknos.
Tanaman cengek domba di kebun yang digarap Darno termasuk subur, tingginya mencapai 2 meter bahkan ada yang lebih. Agar tetap kuat, tidak rebah, pohon cabainya disangga dengam ajir (tiang bambu).
"Kebetulan tanamannya generasi pertama (F1) jadi tingginya bisa 2 meter. Ada juga yang lebih. Kalau cara pemeliharaannya bagus, umur cengek domba bisa sampai 1,5:tahun. Dipanennya setiap 4 hari sekali sejak usia 4 bulan. Yang ini umur cabainya baru 7 bulan," jelas Darno.
Editor : Asep Juhariyono