Penghasilan perdana tersebut ternyata menjadi penyemangat bagi Satria untuk mengembangkan usahanya berjualan seblak tersebut.
Konsumen awal yang dominan anak-anak sekolah berikut orangtuanya tersebut terus berkembang. Kini jadi favorit anak-anak muda beliau nongkrong sambil menikmati Seblak Bangsat Seuhah yang benar-benar seuhah, pedas.
Penggemar seblak racikan Satria sekeluarga tersebut tak sebatas warga Sindangkasih saja, tapi sudah meluas ke berbagai kalangan di Ciamis, bahkan Tasikmalaya. Tak sedikit pula pemburu seblak bangsat seuhah yang datang dari Bandung, Sumedang sekitarnya.
Dalam setahun warung seblak Bangsat Seuhah, sudah bekembang pesat dahsyat. Enam bulan Satria sudah buka cabang di Kota Banjar. Sudah pula merekrut 31 tenaga kerja dari kalangan anak muda.
Kini Satria mempersiapkan outlet barunya di Singaparna Tasikmalaya dengan merekrut 20 pekerja, semuanya dari kalangan gen z dengan usia maksimal 25 tahun.
Peran Satria sebagai tik-toker dengan 2,5 juta followers telah membuat warung seblak Bangsat Seuhah berkembang pesat dan dahsyat.
Rata-rata setiap hari bisa habis 120 sampai 150 porsi seblak dengan kisaran harga Rp 10.000 sampai Rp 20.000/porsi tergantung jenis topping dan kerupuk yang menjadi pilihan.
Ada 80 jenis topping yang menjadi pilihan yang disajikan secara prasmanan. Topping frozen dan topping seafood memang paling digemari (favorit).
“Omzet rata-rata setiap hari sekitar Rp 6 juta. Kecuali hari libur atau akhir pekan, ada peningkatan pengunjung yang cukup signifikan,” ujar Satria.
Saat ramai pengunjung di hari libur, omzet penjualan seblak seuhah khas Bangsat kadang bisa tembus angka Rp13 juta per hari.
Selain menyajikan seblak prasmanan, warung Seblak Bangsat Seuhah juga menyedia seblak kering dan keripik kaca yang sudah dikemas dalam kemasan yang apik dan menarik.
Untuk sajian khas seblak Bangsat Seuhah, Satria mendatangkan berbagai jenis kerupuk dari Tasikmalaya.
Sedangkan untuk cita rasa pedas seuhahnya, Satria menggunakan cabe rawit (cengek) yang sudah dikeringkan plus kencur alias cikur. Sehari dibutuhkan 40 kg cengek kering. Plus 60 kg cikur yang didatangkan dari sentra produksi cikur di Ciamis seperti di Werasari Sadananya.
Dengan racikan alami, seblak level pedas yang ditawarkan Satria tidak membuat para penggemar sampai sakit perut setelah menyantap seblak bangsat seuhah.
Ditengah kesibukannya sebagai owner warung Seblak Bangsat Seuhah, tak membuat Satria lupa untuk melanjutkan pendidikannya. Kini Satria sudah menjalani semester kedua sebagai mahasiswa di STISIP Tasikmalaya di kawasan Panca Sila Tasikmalaya.
Satria Maulana adalah sosok gen z di Ciamis yang sudah meraih sukses di saat masih usia belia.
Editor : Asep Juhariyono