“Bahkan jamaah ibu-ibu yang di ruang kelas madrasah sampai jatuh pingsan saking takutnya. Namanya beliau Ibu Isyur,” imbuh Kyai Edi Suryadijaya yang akrab dipanggil Ustadz Edi tersebut.
Meski sempat dilanda kepanikan, namun sekitar 300 orang jamaah yang akan melaksanakan salat Idul Fitri tidak sampai buyar pulang ke rumah masing-masing. Jamaah bertahan berada di halaman masjid dan di jalan raya Ciluengsir—Rajadesa yang berada di samping masjid.
Kubah yang ambruk tertahan di bentangan balok beton, sehingga tidak jatuh sampai ke tanah. Cuma atap genting berjatuhan ke lantai masjid membuat plafon masjid bolong-bolong.
Setelah suasana agak tenang, dan jamaah tetap bertahan di sekitar masjid, menurut Ustad Edi, akhirnya salat Idul Fitri dilaksanakan di jalan raya Cileungsir-Rancah, sebagian jamaah tetap di halaman masjid, di teras dan halaman rumah Ustad Edi yang bersebelahan dengan masjid Nurul Iman. “Sementara ibu-ibu tetap di ruang kelas madrasah,” katanya.
Dalam suasana duka dan haru, salat Idul Fitri akhirnya dilaksanakan dengan imam Ustad Edi Suryadi Jaya dan Khotib Ustad Nana Taryana.
“Alhamdlillah saat pelaksanaan salat Id di jalan raya itu tidak ada mobil dan motor yang lewat,” ujar Ustad Edi.
Setelah bermusafaah, jamaah salat Idul Fitri DKM Nurul Iman Cileungsir pulang ke rumah masing-masing.
Namun selepas lohor, ratusan jamaah dan warga setempat kembali ke masjid Nurul Iman. Bergotong-royong menurunkn atap genteng. Kubah, membongkar kaso kayu penyangga atap.
“Tadi sebelum Asar, puing-puing atap sudah dibersihkan. Sajadah dan peralatan masjid sudah dipindah-pindahkan. Genteng atap, kubah sudah dibongkar. Ada sekitar 120 orang tadi ikut bergotong royong,” ungkapnya.
Editor : Asep Juhariyono