JALUR GAZA, iNewsCiamisRaya.id - Konflik di Gaza sangat menyedihkan dan telah menyebabkan kerusakan yang luas. Tentara Israel menghancurkan puluhan masjid, termasuk salah satu masjid yang ikonik dan terkenal karena signifikansi historis dan arkeologisnya, yaitu Masjid Al Omari.
Kehancuran masjid yang memiliki warisan unik tersebut menimbulkan duka mendalam di kalangan warga Palestina, baik di Gaza maupun di diaspora.
Pasukan Israel, sejak 7 Oktober 2023 silam, telah menghancurkan seluruh atau sebagian lebih dari 300 masjid dan tiga gereja.
Sebagai konsekuensinya, lingkungan yang terkena dampak kini kehilangan penanda waktu salat, kehilangan suara azan yang menggugah jiwa yang pernah bergema di seluruh kota.
“Kami tidak lagi mendengar adzan di lingkungan kami karena kehancuran total di wilayah timur kota, termasuk masjid,” ujar Khaled Abu Jame, warga berusia 25 tahun di kota selatan Khan Younis.
“Warga di sini kini mengumandangkan azan melalui ponsel mereka. Perang ini tidak seperti yang pernah kita alami sebelumnya. Masjid, simbol iman kita, menjadi sasaran tanpa pandang bulu,” ungkap dia.
Berkaca pada kenangan berharga yang terkait dengan Masjid Al-Omari, Jame menekankan peran sentralnya dalam kehidupan sehari-hari.
“Kami memiliki kenangan indah tentang masjid ini. Kami biasa salat di sana setiap hari, melaksanakan salat Ramadan dan Idul Fitri, membaca Al-Quran, dan bertemu sebagai teman,” papar dia kepada MEE.
Jantung Komunitas
Jame mengungkapkan masjid telah tertanam kuat dalam kehidupan sehari-hari mereka sejak masa kanak-kanak.
“Azan berfungsi sebagai bangun pagi mereka dan masjid berdiri sebagai penanda petunjuk bagi siapa pun yang mencari rumahnya,” ungkap dia.
“Ini lebih dari sekedar bangunan, itu mewakili jantung komunitas," papar dia.
Jame menekankan, membangun kembali lingkungan mereka erat kaitannya dengan membangun kembali masjid-masjid karena tempat-tempat tersebut bukanlah pertimbangan sekunder. Masjid merupakan landasan utama kehidupan mereka.
Pada masa pemerintahan Khalifah Omar bin al-Khattab Masjid Agung Omari ini didirikan. Masjid Agung Omari dulu merupakan kuil Romawi dan kemudian menjadi gereja sebelum akhirnya menjadi masjid terbesar setelah penaklukan Islam.
Dengan luas yang mencapai 4.100 meter persegi dan halaman seluas 1.190 meter persegi yang dapat menampung lebih dari 3.000 jemaah, masjid ini terletak di kota tua Gaza, dekat Palestine Square.
“Saya tidak pernah berpikir perang ini akan menghancurkan masjid-masjid,” keluh Saeed Labad, penduduk asli Gaza.
Pria berusia 45 tahun itu kini tinggal di Turki, namun keluarganya tinggal di dekat Masjid Al-Omari di Shujaiyya, Kota Gaza.
"Saya menghadiri setiap salat di sana. Ini adalah tempat kuno yang sangat disayangi anak-anak saya. Saya bertanya-tanya mengapa masjid itu dihancurkan; apakah masjid tersebut mengancam para penjajah?" ujar dia.
Dia menambahkan, puluhan masjid lainnya, seperti Al-Hasayna di dekat pelabuhan Gaza, dihancurkan rezim kolonial rasis Israel.
Editor : Asep Juhariyono