“Kemarin kami sudah membuat awug merah putih. Tadi siang sebagian sudah diantar ke tetangga dan sanak keluarga untuk menyambut Hari Raya Kurban. Saling antar dan saling tukar makanan pakai rantang tempatnya,” ungkapnya.
Tradisi membuat awug merah putih menjelang Hari Raya Idul Fitri maupun Idul Adha tersebut menurut Aif masih bertahan di segelintir pelosok kampung. Setidaknya di Kampung Adat Kuta Tambaksari maupun di kampung Museum Ki Sunda Cisaga.
Awug merah putih, tidak hanya sekedar makanan tradisional warisan nenek moyang . Tetapi merupakan makanan jadul yang sarat makna filosofisnya.
“Awug merah putih, adalah semangat cinta tanah air. Dulu pada zaman penjajah, nenek moyang takut dan kurang berani untuk mengibarkan bendera merah putih. Kecintaan pada tanah air tersebut dikobarkan lewat tradisi membuat awug merah putih guna menghindari kecurigaan penjajah,” imbuh Aif.
Dan kini tradisi membuat awug merah putih sudah semakin langka.
“Tapi kami di lingkungan museum sudah bikin (awug merah putih). Siap menyambut kehadiran hari raya kurban, Idul Adha,” katanya.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait