Belum adanya pemanfaatan air Situ untuk mengairi areal persawahan tadah hujan di Desa Cibeureum, justru yang ada hanya beban moral tersendiri karena hal itu sudah diimpikan oleh masyarakat disini.
“Sampai saat ini air Situ belum mengalir ke area persawahan warga," ujarnya.
"Warga disini masih menantikan itu, karena awal pembangunannya dulu itu untuk mengairi persawahan tadah hujan,” kata Yayan menambahkan.
Meski Yayan mengaku bahwa air dari Situ Leutik ini tidak akan bisa mengairi semua sawah yang ada di Desa Cibeureum tapi sedikit tidaknya dapat membantu sawah tadah hujan para petani.
"Terlebih saat masa tanam musim kemarau," katanya.
Situ Leutik ini merupakan situ buatan yang awal perencanaannya untuk mengairi areal persawahan tadah hujan di wilayah Desa Cibeureum dan sekitarnya.
Namun, setelah itu pada perjalanannya kemudian dibuat menjadi kawasan wisata. Adapun luas sawah tadah hujan milik para petani di wilayah Desa Cibeureum sekitar 60 hektar.
Sehingga, warga sampai sekarang ini masih berharap agar ke depan air di Situ Leutik membawa manfaat bagi para petani di wilayah tersebut.
“Hingga sekarang hal itu hanya sebatas menjadi keinginan warga saja (belum terwujud) dan itu sudah disampaikan kepada para anggota DPRD yang pernah melakukan kunjungan kesini," pungkasnya.
Sementara dari pantauan, selain belum mewujudkan mimpi petani disana, keadaan wahana Situ Leutik, Kota Banjar ini terlihat terbengkalai dan tidak terurus. Beberapa fasilitas yang ada disana pun sebagian rusak.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait