"Program ini berbentuk bantuan dan diberikan langsung ke KWT untuk pembangunan rumah bibit, tempat menyemai," ujarnya.
Nantinya bibit dibagikan kepada semua anggota KWT untuk di tanam di pekarangan rumah mereka.
"Hasilnya bisa mereka manfaatkan untuk pemenuhan ekonomi anggota, kelompok serta membantu pemenuhan gizi para keluarga rawan stunting disekitarnya," kata Yoyon.
Sehingga tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja, masyarakat melalui KWT juga bisa ikut membantu penanganan stunting dan Kota Banjar bisa zero stunting.
Penanganan Stunting Difokuskan Pada Keakuratan Data Sebelumnya
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP2KB) Budi Hendrawan mengatakan, penanganan stunting di daerahnya akan lebih difokuskan terhadap keakuratan data serta evaluasi tahun sebelumnya.
Kendati, tidak terjadi ketimpangan atau tumpang tindih yang membuat tidak terjadi pemerataan dalam penanganan stunting khususnya Keluarga Rawan Stunting.
"Tahun 2024 ini kita akan memperkuat sisi data. Validasi data dan evaluasi laporan. Apakah bapak asuh oleh OPD atau agnia, desa masing-masing atau Baznas," katanya.
Nanti pihaknya akan memilah supaya sesuai harapan terpenuhi 6 bulan itu. Jadi terjadi pemerataan dan penanganan bersama guna mewujudkan Kota Banjar Zero Stunting.
Budi menambahkan, dalam penanganan stunting pemerintah akan melakukan intervensi kepada keluarga rawan stunting dengan mengubah perilaku hidup bersih dan sehat, pemenuhan asupan gizi dan pola lingkungan.
"Pemenuhan gizi nya kita intervensi dengan makanan tambahan (PMT) ke keluarga rawan stunting agar tak menambah kasus stunting di Kota Banjar," pungkasnya.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait