JAKARTA, iNewsCiamisRaya.id – Ada sejumlah fakta menarik Suku Tengger yang akan dibahas dalam artikel ini. Mereka adalah suku asli yang mendiami wilayah sekitar Gunung Bromo, Tengger, dan Semeru yang meliputi Kabupaten Malang, Lumajang, Probolinggo, dan Pasuruan, Jawa Timur. Suku Tengger dikenal karena kemampuan mereka dalam menjaga kekayaan tradisi dan budayanya.
Diperkirakan jumlah penduduk Suku Tengger saat ini sekitar 500 ribu jiwa. Pada masa lampau, masyarakat Tengger cenderung mengisolasi diri dari modernisasi dan menjaga kehidupan mereka yang tradisional. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka telah mulai menyesuaikan diri dengan dunia baru dan tetap mempertahankan kearifan lokal.
Masyarakat Tengger berinteraksi dengan baik dengan wisatawan yang berkunjung ke Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Mereka menyambut wisatawan dengan keramahan yang khas. Mereka juga sering kali berbagi pengetahuan tentang budaya dan tradisi lokal dengan wisatawan.
Penduduk Tengger juga dikenal dengan beberapa nama lain seperti "wong Bromo", "wong Brama", dan "orang Tengger". Nama-nama ini merujuk pada identitas etnis dan geografis mereka sebagai penduduk wilayah sekitar Gunung Bromo, Tengger, dan Semeru di Jawa Timur.
Fakta Menarik Suku Tengger
1. Asal Usul Nama Tengger
Terdapat dua teori yang berbeda mengenai asal-usul kata "Tengger". Pertama, menurut legenda suku Tengger, kata "Tengger" berasal dari nama pasangan suami-istri dalam legenda Gunung Bromo, yaitu Roro Anteng dan Joko Seger.
Di sisi lain, ada juga teori yang mengatakan bahwa kata "Tengger" berasal dari bahasa Jawa Kuno yang mengartikan "tempat lokasi pegunungan".
2. Tak Mengenal Sistem Kasta
Meskipun mayoritas suku Tengger menganut agama Hindu, tetapi mereka tidak mengenal sistem kasta dalam kehidupan sosialnya. Hal ini karena ajaran Hindu yang dianut oleh suku Tengger tidak sepenuhnya sama dengan ajaran leluhur Hindu di India.
Kehidupan sosial suku Tengger, tidak ada sistem kasta yang membagi masyarakat menjadi kelompok-kelompok berdasarkan status sosial atau pekerjaan. Masyarakat Tengger cenderung hidup dalam komunitas yang egaliter, dimana setiap individu dihargai tanpa memandang latar belakang atau status sosialnya.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait