Diriwayatkan bahwa setelah Adam memakan beberapa potong dari roti tersebut, dia menyimpan potongan roti untuk malam berikutnya. Jibril berkata kepadanya, “Seandainya engkau tidak melakukan hal itu, tentu tidak akan ada anak cucumu yang menyimpan (sesuatu untuk waktu yang akan datang).”
Karena Adam melakukannya, maka hal itu menjadi kebiasaan anak cucu Adam.
Menurut sebuah riwayat, setelah Adam memakan roti tersebut, dia merasa haus, dan kemudian diberi minum air. Kemudian dalam badannya dia merasakan sesuatu yang aneh yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Setelah Jibril datang kepadanya, dia mengadukan hal itu. Kemudian Jibril membuat sobekan dari dubur dan kubulnya. Seketika itu juga Adam buang air besar dan air kecil.
Ibnu ‘Abbas ra mengatakan, apabila Adam lapar, dia lupa kepada Hawa; dan apabila kenyang, dia mengingatnya.
Suatu hari, dia berkata kepada Jibril, “Wahai Jibril, apakah Hawa masih hidup ataukah sudah mati?”
Jibril menjawab, “Dia masih hidup dan keadaannya lebih baik daripada engkau. Sebab, dia berada di pinggir laut (pantai), dia bisa mencari ikan dan memakannya.”
Adam berkata, “Hai Jibril, aku melihatnya dalam mimpiku malam tadi.”
Jibril berkata, “Wahai Adam, bergembiralah! Allah memperlihatkan Hawa kepadamu semata-mata karena hal itu menunjukkan sebentar lagi engkau bakal berkumpul bersamanya.’”
Ibnu ‘Abbas ra mengatakan, setelah hari-hari ujian untuk Adam as telah berakhir dan dia telah bertobat, Allah menerima tobatnya.
Berjumpa Hawa
Ats-Tsa’labi mengatakan, “Kemudian Allah mewahyukan kepada Adam, ‘Pindahlah dari negeri Hindi (India) ke Makkah; thawaf-lah di sekitar tempat Baitullah dan mintalah pengampunan dari-Ku, tentu Aku akan mengampuni kesalahanmu.’”
Diriwayatkan bahwa Allah Ta’ala menurunkan yakut merah dari surga; besarnya sebesar Kakbah. Jatuhnya di tempat batu karang putih yang menjadi sumber memanjangnya bumi. Di dalamnya ada lilin-lilin yang menyinarkan cahaya.
Kemudian Allah mengutus seorang malaikat kepada Adam untuk menuntun dan menunjukkan ke jalan menuju Makkah; bersamaan dengan itu, untuknya Dia menurunkan tongkat dari pohon kayu As, salah satu jenis pepohonan di surga yang panjangnya 20 siku.
Adam berjalan dan bumi dilipatkan untuknya. Setiap tempat yang terinjak oleh kakinya menjadi sebuah kampung. Dan setelah Adam memasuki Makkah, Allah mewahyukan kepadanya untuk thawaf di tempat yang akan menjadi Baitullah tersebut.
Dia mengerjakan thawaf sebanyak 7 kali tanpa memakai penutup kepala dan bertelanjang. Itulah sunahnya ibadah haji. Setelah Adam mengerjakan itu, Allah mengampuni kesalahannya dan menerima tobatnya. Thawafnya menjadi pelebur dosa.
Setelah Adam bertobat, dia disuruh Allah untuk pergi ke Arafah. Adam pun pergi ke Arafah dan berdiam di sana. Tiba-tiba Hawa berjalan ke arah Adam. Mereka berkumpul di gunung tersebut.
Sejak saat itu, diam (wuquf) di gunung tersebut dijadikan salah satu bagian dari ritus ibadah. Tempat tersebut diberi nama Arafah karena Adam dan Hawa saling kenal di tempat itu.
Kemudian Adam tinggal sebentar di Makkah, dan kemudian pergi ke tanah Hindi (India) bersama Hawa.
Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews dengan judul "Peristiwa Muharam: Nabi Adam Turun ke Bumi, Terpisah dengan Hawa selama 500 Tahun"
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait