Stadion Tertua di Indonesia Didirikan saat Penjajahan Belanda, Saksi Kejayaan Arema di Era Galatama

Avirista Midaada/Eni Pepin Lusiani
Stadion Gajayana, stadion bersejarah di Indonesia. Foto: MPI/Avirista Midaada

MALANG, iNewsCiamisRaya.id – Nama Stadion Gajayana mungkin tak asing lagi bagi Warga Malang dan sekitarnya. Stadion ini berada di posisi yang sangat strategis karena berada di tengah kota. Selain itu Stadion Gajayana juga pernah menjadi saksi sejarah bagi kejayaan tim - tim sepak bola asal Malang mulai Arema Malang hingga Persema Malang.

Didirikan di masa penjajahan Belanda, Stadion Gajayana merupakan stadion tertua di Indonesia. Namun tak disangka, di balik kemegahan stadion yang letaknya satu kompleks dengan sebuah mall ternama ini juga memiliki nilai sejarah bagi bangsa Indonesia.

Menurut Eko Irawan, pegiat Sejarah Museum Reenactor Ngalam, selain stadion yang terdapat lapangan sepak bolanya kompleks ini juga terdiri dari dua lapangan yang ada di sisi luar stadion dan kolam renangnya. Dimana stadion ini mampu menampung sebanyak 5 - 10 ribu penonton dn menjadi yang termegah dan terbesar kala itu.

"Jadi itu dibangun satu paket, dua stadion lapangan dan kolam renang, itu semua dibangun butuh waktu dua tahun. Jadi kalau di awal dindingnya itu rendah, tapi posisinya sudah miring kayak gitu. Waktu itu 5 - 10 ribu terbesar se Indonesia. Memang terbesar se Indonesia waktu itu," kata dia.

Eko juga menjelaskan, stadion ini dibangun di 1 April 1924 oleh Wali Kota Malang H. I. Bussemaker dan dibangun selama dua tahun oleh pemerintah kolonial Belanda. Pembangunan stadion ini menelan dana hingga 100 ribu gulden satu sekitar Rp 800 juta kala itu.

"Stadion ini dibangun selama dua tahun sejak 1924 di masa penjajahan Belanda menghabiskan dana 100 ribu gulden, tahun 1926 stadion ini diresmikan. Jadi ini memang menjadi stadion olahraga pertama di Indonesia," ujar Eko saat dikonfirmasi MNC Portal Indonesia, pada Sabtu (24/7/2021).

 

Namun dulu disebutkan Eko, Stadion Gajayana belum seperti saat ini. Beberapa kali pemugaran juga dilakukan dari awal bentuknya yang hanya tampak konstruksi tribun yang rendah. Pemugaran terbesar di era Walikota Malang Kolonel Soegiyono yang menjabat dari tahun 1973 - 1983.

Dari sini nama stadion ini akhirnya diubah menjadi nama Gajayana. Nama ini mengacu pada nama raja dari Kerajaan Kanjuruhan yang merupakan kerajaan tertua di Jawa Timur, yang sudah ada sejak tahun 700-an masehi. Sayang hingga kini nama asli Stadion Gajayana di era masa kolonial Belanda belum diketahui secara pasti, sebab catatan sejarah nama Gajayana muncul baru ketika perbaikan besar - besaran stadion di sekitar tahun 1980-an.

 

"Kalau nama saya belum menemukan datanya, nama Gajayana untuk Malang kan raja Gajayana dan situs Kanjuruhan tertua di Jawa Timur, peradaban Malang sudah sejak ada 760m. Sudah peradaban maju sejak dahulu, mungkin itu kebanggaan juga," bebernya.

"Jadi Kanjuruhan ini kerajaan tertua di Jawa Timur, seumuran dengan Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat yang berdiri abad 7 - 8 masehi. Jadi mungkin untuk pelestarian akhirnya diabadikan dengan sebuah nama stadion itu," tambahnya.

Tercatat sejak diresmikan beroperasi setidaknya ada sembilan tim sepakbola yang pernah bermarkas di Stadion Gajayana. Diawali dengan Voetbalbond Malang en Omstreken di tahun 1924 - 1928, Malangshce Voetbal Bond di tahun 1928 - 1934, dan Malangshce Voetbal Unie di tahun 1934 - 1952.

 

Selanjutnya ada tim PSIM Malang pada tahun 1934 - 1952, Persema Malang sejak tahun 1952, kemudian Arema Indonesia sejak tahun 1987. Disusul berikutnya tim Arema FC, Sumbersari FC mulai tahun 2018, nama terakhir merupakan tim yang berlaga di Liga 3 Regional Jawa Timur.

Di Stadion Gajayana ini pula, pernah menjadi saksi Arema menggenggam juara era Galatama XII musim kompetisi 1992 - 1993. Hingga sekarang, setidaknya Stadion Gajayana mampu menampung hingga 25.000 penonton sejak renovasi terakhir di 2008 lalu.

Kini meski tak lagi difungsikan sebagai kandang Arema FC lantaran sudah pindah homebase ke Stadion Kanjuruhan di Kabupaten Malang, Stadion Gajayana masih digunakan sebagai arena latihan Arema FC dan menjadi perhelatan pertandingan sepakbola di tingkat Liga 3 dan kompetisi internal di Kota Malang.

Namun saat Stadion Kanjuruhan berhalangan dipakai, Stadion Gajayana ini kerap kali menggelar pertandingan Arema FC di antaranya saat laga melawan PS Tira Persikabo pada 29 Juni 2019 dan Persipura pada 4 Juli 2019 di lanjutan Liga 1 musim 2019 lalu.

Stadion Gajayana juga menjadi kantor Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar), kantor KONI Kota Malang, dan kesekretariatan beberapa cabang olahraga lainnya.

Kini di masa PPKM darurat imbas adanya pandemi COVID-19, tak hanya stadionnya saja, sejumlah fasilitas olahraga mulai lapangan tenis, kolam renang, lapangan di luar area stadion, dan kantor - kantor di kompleks stadion juga terpaksa ditutup.

Alhasil area halaman stadion, yang kerap menjadi lokasi parkir sebuah mall di Kota Malang ini pun juga sepi dan tertutup. Tampak pada Jumat pagi (23/7/2021) hanya beberapa petugas Dinas Perhubungan (Dishub) berjaga di pintu masuk area parkir stadion sebelah timur.

Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews dengan judul " Stadion Tertua di Indonesia Saksi Kejayaan Arema di Era Galatama "

Editor : Asep Juhariyono

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network