CIAMIS, iNewsCiamisRaya.id - Selama tahun 2024 sampai Selasa (22/10/2024) sebanyak 1.237 orang warga Ciamis terpaksa dirawat di rumah sakit karena terjangkit demam berdarah dengue (DBD), sembilan orang diantaranya meninggal dunia.
Sembilan orang yang terenggut nyawanya karena DBD terjadi pada bulan Februari (2 orang), Maret (1), April (1), Juni (1), Juli (1), Agustus (1), dan September (2 orang).
Dari 9 orang warga Ciamis yang meninggal akibat DBD tersebut terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Baregbeg (3 orang) dan Imbanagara (2 orang).
Sebenarnya dalam 6 bulan terakhir angka kasus DBD menurun tapi korban meninggal terus bertambah.
"Beberapa bulan terakhir memang ada kecenderungan penurunan jumlah kasus DBD di Ciamis," ujar Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Ciamis, H Edis Herdis kepada iNewsCiamisRaya.id, Rabu (23/10/2024).
Dari 1.237 kasus DBD selama 2024, rinciannya menurut Edis, pada bulan Januari terjadi 58 kasus, Februari (151 orang, 2 meninggal), Maret (231 kasus, 1 meninggal), April (236 kasus, 1 meninggal), Mei (156 kasus), Juni (146 kasus, 1 meninggal), Juli (119 kasus, 1 meninggal), Agustus (68 kasus, 1 meninggal), September (55 kasus, 1 meninggal), dan Oktober (sampai Selasa, (22/10/2024) 17 kasus).
Dari 1.237 kasus DBD yang terjadi selama tahun 2024 tersebut sebanyak 600 kasus menimpa laki-laki (3 meninggal) dan 637 orang perempuan (6 meninggal).
Kasus terbanyak terjadi di wilayah kerja Puskesmas Ciamis (168 kasus, 1 meninggal), Handapherang (139), Cijeungjing (78), Baregbeg (53, diantaranya 3 orang meninggal dunia), Cikoneng (65), Cipaku (46), Imbanagara (62 kasus, 2 meninggal), Sadananya (45), Sindangkasih (44), Kawali (43), Lumbung (40) serta Cidolog (34).
Kasus DBD di Ciamis menjangkiti semua kelompok umur termasuk bayi dan balita usia 0 sampai 4 tahun (24 kasus), terbanyak usia produktif (15 - 44 tahun) sebanyak 638 kasus (2 meninggal). Berikut kelompok usia diatas 44 tahun (319 kasus, 5 meninggal dunia).
Edis mengimbau warga untuk selalu mewaspadai penularan penyakit DBD terlebih pada kondisi cuaca yang berselang seling panas dan hujan yang potensi berkembangbiaknya nyamuk aedes aegypti.
Langkah pemutusan mata rantai penularan perlu dilakukan secara masif lewat pemberantasan sarang nyamuk, pemantauan jentik di air tergenang dan gerakan 3 M.
Editor : Asep Juhariyono