CIAMIS, iNewsCiamisRaya.id - Ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok pengolah ikan (Poklahkan) di Desa Bangunharja, Cisaga, Ciamis seperti tiada henti berinovasi.
Melahirkan produk-produk olahan ikan yang bernuansa kekinian. Sebut saja, abon ikan nila yang sudah makin dikenal.
Atau kerupuk kriuk-kriuk yang berbahan baku tulang ikan nila. Dari proses pembuatan abon ikan nila, tulang-tulangnya tidak dibuang.
Daging nya dibuat abon ikan nila. Sementara tulang-tulangnya tidak dibuang. Di tangan kreatif Jeng Neni (39) salah seorang ibu-ibu anggota Poklahkan dari Desa Bangunharja tersebut tulang-tulang ikan nila diolah, dibuat jadi kerupuk dengan tampilan yang menarik. Kemudian dikemas dengan modis dan namanya pun mengundang selera, kerupuk tulang ikan nila “Kriuk-kriuk”.
Disela tugasnya sebagai ibu rumah tangga, Jeng Neni telah membuahkan kreasi baru jengkol olahan yang menarik dan menggugah selera. Berupa jengkol krispi, dengan merek dagang “Jeng Kris” varian baru bagi para penggemar jengkol.
Sukri atau akronim dari suuk dan teri merupakan menu rumahan yang tidak asing lagi, sudah menjadi hidangan klasik di meja makan rumah-rumah di Tatar Pasundan ini.
Namun ditangan Jeng Neni, yang juga penggemar jengkol tersebut, perpaduan suuk dan ikan teri pun dikolaborasi dengan jengkol. Sehingga lahirlah menu kreatif berupa Jeng Rika – yang berarti perpaduan olahan dari jengkol-ikan teri dan kacang (suuk).
“Ingat di situ tetap ada olahan ikannya. Yakni ikan teri,” ujar Jeng Neni kepada iNewsCiamisRaya.id yang tengah memperkenalkan produk olahannya di arena Bazar Ramadhan Dinas Peternakan dan Perikanan Ciamis, Selasa (2/4/2024).
Produk olahan yang label dengan nama “Jeng Rika” tersebut tata cara pembuatannya tidaklah terlalu rumit. Tak jauh beda dengan membuat ikan teri dan suuk menjadi sukri. Tinggal ditambah jengkol, jadilah Jeng Rika.
Tapi jengkolnya diserut dulu, atau diiris tipis-tipis seperti membuat kentang diiris tipis dan kemudian digoreng kering. Yang kemudian dicampur dengan sambal dengan cita rasa pedas. Digoreng rata dengan ikan teri dan kacang tanah (suuk).
Serutan jengkol yang digoreng tersebut tak lagi menampakkan bentuk jengkol aslinya.
“Aroma jengkolnya juga sudah berkurang, paling tersisa sekitar 20 %. Tapi aroma dan rasa jengkolnya tetap menjadi perangsang selera untuk mencicipinya,” katanya.
Menurut Neni, produk olahannya berupa sukri “Jeng Rika” ini tidak hanya sekadar lauk pauk saat makan nasi. Tetapi juga bisa dijadikan cemilan (kudapan) atau pengganti sambal.
“Pilihan rasanya hanya satu, original pedas,” imbuh Neni.
Untuk “Jeng Rika” yang dikemas dalam wadah toples kecil ukuran 120 gram dilabeli harga Rp20.000.
Bila disimpan di tempat dengan suhu ruang yang normal, kuliner “Jeng Rika” ini bisa tahan 1 bulan. Dan akan tahan lebih lama bila disimpan di dalam kulkas.
Editor : Asep Juhariyono