JAKARTA, iNewsCiamisRaya.id – Masyarakat di Tanah Air memiliki beragam tradisi dalam menyambut bulan suci Ramadan. Dilansir dari buku berjudul "Ramadhan Pembangkit Esensi Insan" karya Shabri Shaleh Anwar, menyebutkan tradisi-tradisi Ramadan masyarakat Indonesia dalam menyambut bulan suci Ramadan
Tradisi menyambut Ramadan memang bervariasi di berbagai daerah di Indonesia. Setidaknya ada 10 tradisi di berbagai daerah yang dilakukan saat menyambut bulan suci Ramadan. Berikut rangkumannya.
Tradisi Menyambut Bulan Ramadan
1. Ziarah ke Makam Keluarga
Berziarah ke makam keluarga atau orang-orang terdekat merupakan kebiasaan yang selalu dilakukan oleh banyak masyarakat Indonesia menjelang bulan Ramadan. Tradisi ini telah menjadi bagian integral dari budaya dan tradisi masyarakat di Tanah Air sejak zaman dahulu.
Bahkan, dalam sejarah Islam di Indonesia, tradisi ini juga telah ada sejak era Wali Songo dan dilakukan oleh berbagai kalangan di setiap daerah di tanah air.
2. Tradisi Dugderan
Tradisi "Dugderan" adalah salah satu tradisi unik yang ada di Kota Semarang, Jawa Tengah. Tradisi ini menjadi bagian dari persiapan menyambut bulan Ramadan. Nama "Dugderan" sendiri berasal dari kata "dug" yang merujuk pada suara bedug dan "der" yang merujuk pada suara dentuman meriam.
Tradisi "Dugderan" biasanya dilakukan satu atau dua minggu sebelum bulan Ramadan dimulai. Bedug masjid akan ditabuh secara berulang-ulang untuk menandai awal bulan Ramadan, yang kemudian disertai dengan dentuman meriam yang disulutkan secara bersamaan.
Suara bedug dan dentuman meriam dalam tradisi "Dugderan" ini menjadi simbol pentingnya persiapan menyambut bulan suci Ramadan bagi masyarakat Semarang. Tradisi ini sudah berusia ratusan tahun dan telah menjadi bagian dari budaya dan identitas lokal
3. Tradisi Mandi di Mata Air
Tradisi "Padusan" atau mandi di sumur atau sumber mata air keramat adalah salah satu tradisi yang masih dipraktikkan di beberapa daerah di Jawa Tengah dan Yogyakarta, seperti Klaten, Boyolali, Salatiga, dan Yogyakarta.
Tradisi ini dilakukan menjelang bulan Ramadan atau pada malam Jumat terakhir sebelum bulan Ramadan dimulai. Mereka mandi atau berendam di sana sebagai bentuk pembersihan spiritual dan untuk mendapatkan berkah menjelang Ramadan.
Tradisi "Padusan" ini memiliki makna untuk membersihkan jiwa dan raga seseorang secara lahir dan batin menjelang bulan Ramadan atau sebelum memulai ibadah puasa.
4. Tradisi Pesta Jalur Pacu
Tradisi "Pacu Jalur" salah satu tradisi budaya yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi, Riau. Tradisi ini merupakan pesta lomba dayung perahu yang diadakan setiap tahun oleh masyarakat setempat sebelum bulan Ramadan dimulai.
Acara Pacu Jalur biasanya ditutup dengan ritual Balimau Kasai (bersuci), di mana peserta dan penonton bersama-sama melakukan prosesi mandi atau bersuci. Ritual ini memiliki makna spiritual untuk membersihkan diri dari dosa-dosa dan kesalahan sebelum memasuki bulan Ramadan yang suci.
5. Tradisi Sembelih Kerbau
Tradisi "Meugang" adalah salah satu tradisi yang populer di Aceh menjelang bulan Ramadan. Tradisi ini melakukan penyembelihan kerbau yang dibeli secara patungan. Setelah penyembelihan, daging kerbau tersebut kemudian dibagikan kepada masyarakat, termasuk fakir miskin, agar semua orang bisa menikmati kebersamaan ini sebelum memasuki bulan Ramadan.
6. Tradisi Makan Kue Apem
Di Surabaya ada tradisi memakan kue apem. Nama “apem” dipercaya berasal dari kata “afwan” dalam bahasa Arab yang artinya maaf. Secara simbolis makan kue ini bisa diartikan mohon maaf kepada keluarga, sanak saudara, handai tolan, tetangga, kerabat dan teman. Setelah makan apem, biasanya bersalam-salaman saling minta maaf dan melanjutkan acara tahlilan.
7. Tradisi Perlon Unggahan
Di Banyumas ada tradisi yang disebut ‘Perlon Unggahan’. Berbagai makanan tersedia, tapi yang tidak boleh absen adalah nasi bungkus, serundeng sapi, dan sayur becek. Serundeng sapi dan sayur becek harus disiapkan laki-laki dan jumlah mereka harus 12 orang, karena banyaknya kambing dan sapi yang disembelih.
8. Tradisi Nyadran
Tradisi nyadran ini biasa dilakukan masyarakat Solo. Makna Tradisi Nyadran Sebelum Puasa, merupakan tradisi masyarakat Solo (juga dilakukan di daerah lain seperti: Boyolali) untuk menyambut Ramadan. Menurut Bakdi Soemanto dalam buku Belajar Bela Rasa (2011: 163). Makna nyadran adalah keluarga besar mengunjungi 3 makam-makam tempat para leluhur dikebumikan. Mereka, para anggota keluarga besar itu, berjongkok atau duduk bersila di depan makam setiap leluhur untuk mendoakan agar yang sudah wafat diampuni oleh Sang Maha Pencipta.
9. Tradisi Pisowanan
Tradisi yang biasa dilakukan oleh warga Banyumas, Jawa Tengah ini diartikan dengan ungkapan menghadap sesepuh. Ritual dari tradisi Pisowanan ini adalah berziarah ke makam tokoh besar/agama di Banyumas. Selain itu, sejumlah makanan juga disediakan yang kemudian dibagi-bagikan kepada peserta ziarah. Tujuan dari tradisi ini adalah untuk mempererat tali silaturahmi warga Banyumas di saat menjelang Ramadan.
10. Tradisi Munggahan
Munggahan menjadi salah satu kebiasaan unik yang dilakukan oleh masyarakat tanah air sebagai bentuk kebahagiaan karena dipertemukan lagi dengan bulan yang penuh berkah. Berkumpul bersama keluarga besar, sahabat atau membersihkan rumah serta mempersiapkan menu spesial untuk sahur di hari pertama puasa. Selain unik kebiasaan seperti ini tentunya bisa mempererat tali silaturahmi.
Wallahu A'lam
Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews dengan judul "Ragam Tradisi di Daerah dalam Menyambut Bulan Ramadan"
Editor : Asep Juhariyono