CIAMIS, iNewsCiamisRaya.id – Begitu menyebut menyan, mungkin yang terbayang adalah dupa dengan aroma asapnya yang khas. Aroma kepulan asap dari menyan yang dibakar dalam dupa.
Boleh jadi asap menyan tidak hanya berfungsi sebagai aroma terapi, mungkin juga asap dari bongkahan menjadi manjur untuk mengusir nyamuk yang membuat para petapa bisa lebih berkonsentrasi saat melakukan meditasi.
Di era serba digital sekarang mungkin banyak dari kalangan milenial apalagi dari Gen Z yang tidak kenal dengan menyan. Berikut manfaatnya.
Meski peran menyan sudah lama tergerus zaman, namun di Ciamis sampai era modern sekarang ada puluhan pohon menyan yang tumbuh subur meski usianya sudah ratusan tahun.
Pohon menyan tinggi besar usia lebih dari seratus tahun tersebut tumbuh subur di sudut kawasan hutan Perhutani di Dusun Cimanggu RT 03 RW 09 Desa Cisaga Kecamatan Cisaga Ciamis.
Petak hutan yang tumbuh subur puluhan pohon menyan usia tua dan besar-besar tinggi menjulang tersebut berada sekitar 500 meter dari sisi jalan raya Ciamis-Banjar (jalan nasional jalur selatan) tak jauh dari tapal batas Kabupaten Ciamis dan Kota Banjar.
Menurut warga setempat puluhan pohon menyan yang batangnya lurus tinggi menjulang tersebut usianya sudah lebih dari seratus tahun.
“Sudah tua, mungkin sudah lebih dari seratus tahun. Seingat Mak waktu kecil, pohon menyan itu tingginya sudah begitu. Sudah tinggi menjulang,” tutur Mak Anah (71) warga Dusun Cimanggu RT 03 RW 09 Desa/Kecamatan Cisaga kepada iNewsCiamisRaya.id, Selasa (30/01/2024).
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Mang Maman (64) juga warga setempat. “Setahu saya pohon menyan ini sudah tinggi menjulang seperti ini. Mungkin usianya sudah lebih dari seratus tahun,” ujar Maman.
Mang Maman memperkirakan tinggi puluhan pohon menyan yang berada tak jauh di belakang Mak Anah tersebut sekitar 50 meter lebih. Dan diameternya lebih dari 1 meter.
“Diameternya lebih dari satu meter lebih,” imbuhnya sembari merentangkan tangan melingkar pohon menyan tersebut.
Puluhan pohon menyan tersebut tinggi menjulang dengan batang yang lurus sepeti tiang listrik. Rantingnya pun pendek-pendek mirip pohon damar.
Menurut Mang Maman, waktu zaman orde baru, puluhan pohon menyan tersebut masih disadap oleh petugas Perhutani. Diambil getahnya untuk bikin bongkahan menyan.
“Tetapi sekarang sudah produksi lagi. Sudah lama, sudah puluhan tahun tidak disadap getahnya. Mungkin karena permintaan menyan sudah jauh berkurang,” katanya.
Puluhan pohon menyan tersebut menurut Mang Maman berada di petak hutan milik Perhutani dengan luas lebih dari 5 hektar sampai batas Kota Banjar, tumbuh bersama pohon mahoni.
Hari Sabtu dan Minggu (27 - 28/01/2024) lalu, waktu hujan deras disertai angin kencang melanda, menurut Mang Maman ada 3 pohon menyan tua usia ratusan tahun tersebut tumbang . Roboh diterjang angin puting beliung.
“Tiga pohon (menyan) yang tumbang hari Minggu kemarin, lokasinya agak jauh kedalam. Pohon yang rungkad tersebut juga sudah dievakuasi oleh petugas yang punya hutan (Perhutani),” imbuh Mang Maman.
Meski puluhan menyan tua tersebut tumbuh jauh dari rumah warga tetapi lokasi pohonnya sebagian ada yang berada langsung di sisi jalan kampung yang sering dilewati warga baik yang menggunakan mobil, sepeda motor maupun pejalan kaki.
“Itulah yang kami khawatirkan, kalau tiba-tiba ada pohon menyan yang rungkad lagi. Jatuhnya ke jalan. Apalagi sekarang kan lagi musim hujan badai, sering turun hujan lebat dan angin puting beliung,” ungkapnya.
Kekhawatiran serupa juga diungkapkan oleh Mak Anah, yang rumahnya hanya dibatasi kolam besar dengan petak hutan lokasi tumbuhnya puluhan menyan usia ratusan tahun tersebut.
Keberadaan puluhan pohon menyan usia tua dan langka tersebut ternyata punya kenangan sendiri bagi Mak Anah .
“Dari Mak masih kecil, sampai sekarang masih sudak nyari suluh ke bawah pohon menyan itu. Ranting-ranting pohon menyan yang sudah kering dibawa pulang. Jadi suluh,” kata Mak Anah.
Hampir setiap hari Mak Anah menyalakan tungku dapurnya dari api suluh ranting kayu menyan yang kering. Baik itu masak nasi, masak air maupun menggoreng lauk pauk.
“Asapnya harum seperti bau menyan,” ujarnya sembari tersenyum.
Editor : Asep Juhariyono