Saat boomingnya budidaya porang tahun 2020-2022 lalu, H Sarkum memiliki 6 hektar tanaman porang.
Yang tersebar di Dusun Jagabaya I, Blok Pasir Bunut Dusun Jagabaya II Desa Jagabaya dan Blok Ciembe Desa Panawangan. Namun sekarang hanya tersisa 3 hektar yang masih bertahan, yakni di Dusun Jagabaya II.
"Ada sekitar 3 hektar yang masih jalan. Sekarang siap-siap memasuki masa dorman, panen nanti sekitar bulan Juni atau Juli. Harapannya harganya tetap bagus, minimal seperti tahun 2024 lalu Rp 12.000/kg umbi mentah," imbuh H Sarkum yang mengaku belajar bercocok tanam porang ke masternya langsung, yakni Mas Paidi di Madiun Jatim.
Dengan penuh kesabaran dan mencoba bertahan, menurut H Sarkum, dari kebun seluas 3 hektar ia memanen 20 ton umbi porang. Berat rata-rata per umbi mencapai 3 kg hingga 5 kg.
Tapi juga ada yang di bawah 2 kg/umbi. Seluruhnya dijual mentah ke pabrik pengolahan umbi porang di Jatim. Di Madiun dan Surabaya.
"Tahun kemarin harganya cukup bagus. Rp 12.000/kg umbi mentah. Saya jual umbi mentahnya saja. Tidak berupa chips (irisan umbi porang yang dikeringkan). Kalau bikin chips cukup repot," jelasnya.
Selagi masih ada pabrik pengolahan umbi porang yang beroperasi, berarti bercocok tanam porang masih punya peluang untuk tetap bertahan, pungkasnya.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait