Para pedagang makanan minuman yang berdatangan ke lokasi ngubyag juga ketiban durian runtuh. Seluruh dagangannya diborong, dimakan ramai-ramai oleh warga yang menonton maupun yang ikut ngubyag balong.
“Ada bakso. Ada mie ayam, seluruhnya habis diborong. Rezeki tukang dagang,” ujar Nunung, yang hadir di lokasi ngubyag.
Menurut Wakil Ketua TPN Ganjar-Mahfud, ngubyag merupakan kearifan lokal yang perlu dipertahankan dan dilestarikan. Tradisi yang banyak mengandung makna. Tak hanya wadah silaturahmi, kebersamaan, gotong royong tetapi juga merupakan hiburan yang murah meriah. Bersenang-senang bergembira ria.
Dan bagi yang terampil, bisa berkompetisi menangkap ikan sebanyak-banyak. Pulangnya bawa ikan, untuk dimasak jadi lauk yang penuh gizi. Mungkin salah satu caa jitu untuk mengatasi ancaman stunting.
Di zaman modern ini banyak orang yang enggan berkotor-kotoran, banyak yang lebih senang nongkrong di mall-mall. Di Ciamis ternyata tradisi ngubyag, berkotor-kotor masuk balong menangkap ikan, masih bertahan bahkan terus berkembang.
”Saya sangat senang melihat antusiasnya warga ikut ngubyag. Sepanjang saya keliling berkampanye, ini hal yang menarik yang saya temui,” imbuh Wakil Ketua TPN Ganjar-Mahfud, Ammarsyah Purba.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait