JAKARTA, iNewsCiamisRaya.id – Samudera Pasai adalah kerajaan Islam pertama di Indonesia. Letaknya yang strategis yakni di kawasan Selat Malaka berada pada jalur hubungan laut yang ramai antara dunia Arab, India dan China menjadikan kerajaan ini pusat perdagangan mancanegara pada masa kejayaannya.
Marcopolo seorang petualang dunia yang pernah singgah sekitar tahun 1292, mengakui keindahan dan kemasyhuran Samudra Pasai. Kala itu Marcopolo bersama dengan dua ribu pengikutnya tengah mengawal seorang putri dari negeri China menuju Persia.
Di tengah kemakmuran, pada tahun 1297 suasana duka menyelimuti Samudra Pasai, pasalnya raja yang sangat dicintai rakyatnya tersebut wafat. Kesedihan begitu jelas terasa, terutama oleh Muhammad, putra Malikussaleh sebagai penerus takhta.
Sepeninggal Malikussaleh, kerajaan Samudra Pasai dipimpin oleh Muhammad yang bergelar Malikuddhahir. Sama seperti ayahnya , Malikuddhahir juga memimpin Pasai dengan adil dan bijaksana.
Meski begitu, sempat muncul pemberontakan pada masa kepemimpinan Malikuddhahir, namun pemberontakan tersebut akhirnya bisa ditumpas oleh Samudra Pasai dengan pasukan kerajaan nya yang gagah berani dan terlatih.
Malikuddhahir memiliki seorang putra bernama Zainal Abidin yang kemudian menggantikannya setelah ia wafat. Zainal Abidin bergelar Malikuddhahir II.
Sama seperti ayahnya Malikuddhahir II juga memerintah rakyat Pasai dengan adil dan bijaksana. Malikuddahir II menikah dengan anak seorang putri bangsawan dari tanah seberang bernama Jamila.
Dari pernikahan mereka lahirlah seorang anak lelaki dengan nama Khaidar yang tumbuh menjadi lelaki dewasa nan gagah berani. Pada masa pemerintahan Malikuddhahir II, Samudra Pasai kian mengalami kemajuan pesat.
Hingga akhirnya kemajuan Samudera Pasai sampai ke telinga Gajah Mada di Majapahit yang ketika itu tengah berambisi menaklukan seluruh kerajaan nusantara melalui Sumpah Palapanya.
Maka Majapahit pun mengirimkan utusan ke Samudra Pasai untuk memerintahkan supaya kerajaan Islam tersebut tunduk di bawah Majapahit.
Keinginan Majapahit tersebut tentu ditolak mentah-mentah oleh Malikuddhahir II. "Bilang sama Gajah Mada, Samudra Pasai negeri yang berdaulat dan tidak akan tunduk dengan kerajaan manapun termasuk Majapahit," ujar Malikuddhahir II di hadapan utusan Majapahit.
"Hamba hanya menyampaikan pesan tuan. Baiklah pesan tuan juga akan hamba sampaikan pada Majapahit," ujar utusan Majapahit tersebut sembari berpamitan.
Sejak kepergian utusan Majapahit, Malikuddhahir II sadar, jika Majapahit tidak akan tinggal diam dan pasti bakal mengirimkan pasukan untuk menyerangnya. Untuk itu Malikuddhahir II pun memerintahkan panglima perangnya supaya mempersiapkan segala kemungkinan.
Benar saja, setelah mendengar jawaban dari Samudra Pasai, Majapahit langsung mengerahkan pasukannya untuk menyerang Samudera Pasai. Sekitar 50 kapal laut siap menyerang Samudera Pasai.
Melihat kedatangan pasukan Majapahit, Samudra Pasai langsung menyusun kekuatan dengan menyiapkan semua pasukan perangnya. Akhirnya kedua pasukan pun langsung berhadapan di pesisir pantai. "Lebih baik kalian menyerah dan tunduk kepada Majapahit sebelum kami habisi semuanya," ujar panglima perang Majapahit.
Mendengar ancaman itu, panglima Samudra Pasai pun menjawab dengan tenang. "Kami tidak akan menyerahkan sejengkal pun tanah kami," katanya.
Rasa amarah langsung menyelimuti panglima Majapahit mendengar jawaban tersebut. "Baiklah sepertinya kalian memilih mati," ujarnya sembari bersiap memerintahkan prajuritnya untuk berperang.
Perang pun tak terelakan, korban jiwa berjatuhan dari kedua belah pihak. Kalimat takbir terus terdengar dari pasukan Samudra Pasai. Konon perang tersebut berlangsung selama tiga hari dan hanya berhenti saat senja tiba.
Memasuki hari keempat, Malikuddhahir mulai berhitung, ia menilai pasukan Majapahit pasti mulai melemah dan berkurang. Sehingga diambil keputusan untuk melakukan penyergapan langsung ke tenda-tenda penginapan pasukan Majapahit.
Penyergapan yang dilakukan menjelang pagi itu berlangsung sukses, pasukan Majapahit semuanya menyerah, termasuk sang panglima. Namun oleh Kerajaan Pasai mereka tidak ditawan tapi disuruh kembali ke Majapahit. Meski mengalami kekalahan di perang pertama, Majapahit dikabarkan tidak menyerah.
Majapahit kembali menyerang Samudera Pasai dengan dipimpin langsung oleh Gajah Mada. Saat penyerangan kedua Majapahit melakukannya dari dua arah, darat dan laut. Tragisnya saat terjadi penyerangan tersebut, tengah terjadi goncangan di Samudra Pasai karena adanya pemberontakan dan perebutan kekuasaan.
Meski pasukan Samudra Pasai berhasil memukul mundur pasukan darat Majapahit, namun pasukan laut Majapahit berhasil masuk ke kota Pasai dan menguasainya.
Artikel ini telah tayang di Okezone dengan judul "Kerajaan Islam Pertama yang Membuat Majapahit Bertekuk Lutut"
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait