Dulunya Miskin, 10 Negara Ini Sekarang Kaya Raya

Andika H Mustaqim/Eni Pepin Lusiani
Qatar, dulunya negara miskin, dengan mengandalkan minyak bumi, berubah menjadi negara kaya raya. Foto: Reuters

3. Swiss

Saat ini, Swiss kerap disamakan dengan kesuksesan ekonomi dan kekayaan. Negara dengan PDB per kapita tertinggi ke-enam sekitar USD93.525. Swiss juga merupakan negara di Eropa yang memiliki standar kehidupan yang tinggi.

Sekitar 150 tahun lalu, Swiss adalah bangsa yang miskin. Negara yang terkepung negara tetangganya itu memiliki wilayah dengan dataran tinggi sehingga sulit berkembang. Industri di Swiss juga relatif primitif. Sebagian besar penduduknya berada di pedesaan dan hidup dalam garis kemiskinan.

Pada akhir abad 19, periode industrialisasi menjadi peluang bagi Swiss dengan melakukan transformasi ekonomi. Swiss memilih mengembangkan sektor perbankan dan pariwisata. Itu menjadikan Swiss berkembang sangat cepat dan menjadi negara maju.

Momentum berlanjut pada abad 20, kebijakan netral Swiss menguntungkan negara itu dalam dua perang dunia. Swiss juga mengambil keuntungan dari sektor senjata dan pinjaman perbankan sehingga memperkuat perekonomian.

Transisi ekonomi Swiss menjadi industri berlanjut pada 1950-an. 74% PDB Swis dihasilkan dari sektor pelayanan, sedangkan 25% dari sektor industri. Ketika pertumbuhan ekonomi semakin menurun, Swiss tetap menjadi negara kaya dengan utang yang relatif kecil.

4. Norwegia

Pada 1969, cadangan minyak ditemukan di Laut Utara. Produksi dimulai pada 1971, saat itu harga minyak naik pada 1970-an. PDB per kapita Norwegia langsung naik. Proses industri minyak itu mengizinkan negara itu menjadi negara sejahtera.

Saat ini, PDB per kapita Norwegia mencapai USD89.242 dan salah satu tertinggi di dunia. Negara itu memiliki dana minyak sekitar USD250.00 yang dibagikan per warga Norwegia. Itu menjadi salah negara dengan standar paling tinggi versi Human Development PBB selama 16 tahun berturut-turut.

5. Brunei

PDB per kapita Brunei mencapai USD31.449. Sebelum ditemukannya cadangan minyak pada 1929, Brunei merupakan negara jajahan Inggris dengan tingkat kemiskinan yang sangat tinggi. Dulu, Brunei sangat bergantung pada ekspor sagu dan karet.

Ketika Great Depression dan Perang Dunia II yang mendorong pertumbuhan industri minyak, Brunei menjadi negara kaya pada 1930-1940 karena mengekspor emas hitam. Dari keuntungan minyak tersebut, Sultan ke-28 Omar Ali Saifuddien III yang berkuasa pada 1950-an dan 1960-an, melakukan reformasi infrastruktur dan menciptakan sistem pendidikan yang maju serta meningkatkan fasilitas kesehatan publik.

Cadangan gas alam yang ditemukan pada 1960-an dan awal 1970-an juga membuat ekonomi Brunei kembali terangkat dan meningkatkan standar kehidupan rakyat sama seperti orang Eropa dan Amerika Utara. Sejak Brunei merdeka dari Inggris pada 1984, harga minyak sangat menentukan pertumbuhan ekonomi.

Editor : Asep Juhariyono

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3 4

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network