Kisah Budak Asal Persia, yang Hafal Al-Quran dan Menjadi Ahli Hadis

Miftah H. Yusufpati/Eni Pepin Lusiani
Kisah Budak Asal Persia, yang Hafal Al-Quran dan Menjadi Ahli Hadis. Foto: Ilustrasi/IST

Rufai bin Mihraan dimiliki oleh seorang majikan wanita dari Bani Tamim. Dia adalah seorang majikan yang teguh, cerdas, dan terhormat juga jiwanya penuh dengan takwa dan keimanan. Rufai membantunya pada sebagian siang dan istirahat pada sebagian siang lain. Beliau pergunakan waktu senggangnya untuk membaca dan menulis. Beliau pergunakan untuk memperdalam ilmu agama tanpa sedikit pun mengganggu tugas-tugasnya.

Suatu hari Jumat, Rufai’ berwudhu dan memperbagus wudhunya kemudian meminta izin kepada majikannya untuk pergi. Majikannya berkata, “Hendak kemanakah kamu wahai Rufai?

Rufai menjawab, “Saya hendak ke masjid.”

Majikannya bertanya, “Masjid manakah yang kamu maksud?”

Jawabnya, “Masjid Jami’”

Majikannya berkata, “Kalau begitu marilah berangkat bersamaku.”

Maka keduanya berangkat ke masjid lalu masuk masjid seperti yang lain. Namun Rufai belum memahami apa tujuan majikannya.

Ketika kaum muslimin telah berkumpul, majikan Rufai angkat bicara, “Saksikanlah wahai kaum muslimin, sesungguhnya aku telah memerdekakan budakku ini (Rufai) karena mengharap pahala Allah, memohon ampunan dan ridha-Nya. Dan bahwasanya tidak layak seseorang menempuh suatu jalan melainkan jalan yang baik.”

Lalu dia menoleh kepada Rufai dan berdoa kepada Allah:

“Ya Allah aku menjadikan ia sebagai tabungan di sisi-Mu di hari di mana tiada manfaatnya harta dan anak-anak.”

Ketika selesai salat, Rufai telah berjalan sendiri sedangkan majikannya telah berjalan sendiri pula.

Sejak hari itu Rufai bin Mihraan sering bolak-balik ke Madinah al-Munawarah. Beliau sempat bertemu dengan Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu beberapa saat sebelum wafatnya. Beliau juga beruntung dapat bertemu dengan amirul mukminin (Umar bin Khaththab), belajar Al-Quran kepadanya dan salat di belakangnya.

Periwayat Hadis

Di samping berkutat dengan Kitabullah, Rufai yang julukannya adalah Abu al-Aliyah ini juga akrab dengan hadis-hadis Rasulullah. Sehingga beliau berusaha mendengarkan riwayat hadis dari para tabi’in yang beliau temui di Bashrah. Akan tetapi muncul keinginan kuat dalam jiwanya untuk lebih dari itu. Maka seringkali beliau meluangkan waktu untuk pergi ke Madinah untuk mendengar hadis langsung dari para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga tiada pembatas antara dirinya dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melainkan satu orang atau dua orang saja.

Beliau meriwayatkan hadis dari Abdullah bin Mas’ud, Ubai bin Ka’ab, Abu Ayyub al-Anshari, Abu Hurairah, Abdullah bin Abbas dan para sahabat yang lain.

Abu al-Aliyah tidak hanya mencukupkan diri mengambil hadis di Madinah al-Munawarah saja. Namun beliau tidak segan-segan memburu hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dimanapun ia berada. Jika dikatakan kepada beliau ada seseorang yang berilmu, maka beliau tarik kekang kendaraannya kendati jauh jaraknya, walaupun membutuhkan waktu yang lama. Jika beliau telah sampai, beliau salat dibelakang orang yang dituju. Jika beliau mendapatkan salat tidak sungguh-sungguh dan tidak konsisten dengan sunah, tidak memperhatikan hak-hak salat, maka beliau berpaling sambil bergumam, “Sesungguhnya orang yang meremehkan salat tentulah untuk urusan yang selainnya lebih meremehkan. Lalu beliau mengambil perbekalannya dan kembali pulang." (Bersambung)

Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews dengan judul " Budak Asal Persia yang Akhirnya Hafal Al-Quran dan Menjadi Ahli Hadis "

Editor : Asep Juhariyono

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network