Pakan dan Kandang Tak Boleh Sembarangan
Rika berusaha semaksimal mungkin memberikan suasana layaknya alam sungguhan meskipun burung murai batu hidup dalam kandang. Pemberian pakan maupun kandang diperhatikan sedemikian rupa agar burung-burung itu nyaman.
Dalam pemilihan jenis pakan, Rika hanya memilih yang bersumber dari alam. Misalnya jangkrik dan ulat hongkong.
Sementara untuk kandang burungnya, disediakan kamar-kamar terbuka dengan sirkulasi udara yang mumpuni. Rika tak ingin burung-burung murai batu miliknya sampai kepanasan dan stres dalam kandang.
"Kandang ini kami sesuaikan dengan alam, nyaman untuk kami, burung, pengunjung ke sini nyaman, jadi nggak panas. Fasilitas di sini, dengan suasananya, sirkulasi udara yang tepat untuk burung itu sendiri (sangat diperhatikan), jadi mereka betah di situ," ujar Rika.
Tak berhenti sampai di sana, usaha Rika membuat nuansa alam pada kandang pun terletak dari hujan buatan yang dihadirkan. Rika mengaku hal ini bertujuan supaya di kala cuaca panas, kandang burung murai batu bakal tetap sejuk.
Perjodohan Sesuai Karakter
Ada hal unik di penangkaran Murai Batu TAS BF milik Rika. Burung-burung di sana melalui fase perjodohan.
Tak sembarangan menjodohkan burung, Rika biasanya akan melihat terlebih dulu karakter masing-masing betina dan jantan. Mengapa sampai harus disesuaikan betul karakter dua burung tersebut?
"Karena masing-masing burung ini tidak sama karakternya, sama seperti manusia. Tapi ada juga yang gampang burungnya, sama siapa pun dia oke," ucap Rika.
Apabila salah menjodohkan burung yang tidak cocok, Rika akan kehilangan salah satu burung. Ya, ketidakcocokan burung membuat mereka bertengkar dan bahkan dihajar sampai mati.
Tantangan
Tak mungkin sebuah usaha berjalan mulus semulus-mulusnya. Pasti ada masalah muncul di tengah perjalanan.
Begitu pula yang dialami oleh Rika. Bagi Rika, ada banyak risiko dalam merawat burung-burung murai batu, antara lain stres, penyakit tetelo, serta gangguan dari luar.
Gangguan dari luar ini semacam kerasnya suara petir yang dapat membuat burung stres dan lain sebagainya. Tapi Rika mengaku, masalah yang kerap dia dapati berkaitan dengan burung-burung mengalami tetelo.
Melihat dari beberapa sumber, penyakit tetelo pada murai batu biasakan bakal membuat mereka berkelakuan aneh seperti berputar-putar, gemetar, sulit bernafas, batuk, dan turunnya nafsu makan. Penyakit ini banyak menyerang industri peternakan, khususnya unggas.
Rika menjelaskan, sumber penyakit ini adalah virus dan faktornya bermacam-macam. Maka itu, guna menghindari penyakit tersebut, Rika begitu menaruh perhatian pada makanan sampai kadang.
Apapun kesulitan yang datang, Rika tetap menanganinya dengan sabar dan telaten. Pada akhirnya, semua itu bakal berbuah manis.
Ya, bayangkan saja, satu ekor burung murai batu bisa dihargai Rp2 juta sampai Rp3 jutaan. Jadi begitulah, dari tahun 2016 Rika bisa tetap mempertahankan kesuksesannya sampai sekarang.
Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews dengan judul " Kisah Rika, Peternak Burung Kicau yang Sukses Raup Banyak Cuan dari Penangkaran Murai Batu "
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait