"Kondisi APL sekarang sudah tidak ekspor lagi, kami turut prihatin dengan kondisi yang sedang menimpa PT APL," katanya.
Padahal diketahui bersama PT APL ini merupakan perusahaan terbesar di Kota Banjar yang dulunya mempekerjakan ribuan karyawan.
"Memang dampaknya bukan hanya bagi perusahaan, tapi berimbas juga terhadap buruh yang terkena PHK," kata Yadi.
Perusahaan yang berdiri sekitar tahun 2000 ini sekarang nasibnya belum jelas, apakah akan gulung tikar atau bangkit lagi.
"Pemerintah juga sampai sekarang belum mendapat kabar laporan terbaru lagi apakah pihak manajemennya diperbaharui atau sahamnya akan dijual," katanya.
"Perusahaan ini biasa mengekspor hasil produksinya ke Cina, dan negara-negara di Timur Tengah," sambungnya.
Sementara Personalia PT APL, Somantri, menjelaskan bahwa kendala yang dialami oleh perusahaan hingga kondisinya terpuruk seperti saat ini lantaran permintaan ekspor rendah.
Selain itu harga dibawah standar sehingga pihak perusahaan mengambil kebijakan sulit untuk menghentikan produksi dan ekspor.
"Ya betul saat ini kurang lebih tinggal 50 orang pekerja, pengurangan karyawan hingga 90 persen, produksinya juga sudah tidak normal tidak ada finishing," katanya.
"Kendala karena permintaan kurang dan harga rendah, dampak dari resesi juga. Pihak perusahaan masih berupaya dan bertahan supaya kedepan bisa eksis kembali," pungkasnya.
Editor : Asep Juhariyono