get app
inews
Aa Read Next : Daftar 13 Negara yang Melarang Warganya Main TikTok, Ini Alasannya!

Kisah Pujangga Sakti Ranggawarsita, Ramalkan Kemerdekaan Indonesia dan Kematiannya Sendiri

Kamis, 08 Desember 2022 | 18:10 WIB
header img
Gambar foto Ranggawarsita dalam buku Serat Condrorini karya Tan Khoen Swie. Foto: Wikipedia

Seperti melintasi zaman. Syair tersebut juga masih sangat relevan dengan kondisi masa kini. Di mana praktik mencari keuntungan pribadi masih terus terjadi, dan tak mempedulikan lagi kerugiannya bagi orang lain.

Tak hanya syairnya saja yang mampu melintasi zaman. Ranggawarsita yang terlahir pada 14 Maret 1802, dengan nama asli Bagus Burhan ini, ramalannya juga melintasi zaman dan banyak yang meyakini kebenarannya.

Bahkan, kematiannya pada 24 Desember 1873, juga telah diramalkan sendiri oleh pujangga besar ini, melalui Serat Sabdajati. Ranggawarsita merupakan putra dari Mas Pajangswara, yang merupakan cucu dari pujangga utama Kasunanan Surakarta, Yasadipura II.

Terlahir dari keturunan Kesultanan Pajang, dan Kesultanan Demak. Ranggawarsita muda, tumbuh besar dan menjadi dewasa di bawah asuhan Ki Tanujaya yang merupakan abdi dari Mas Pajangswara.

Kebengalannya di masa muda, dan kegemarannya berjudi, membuat Ranggawarsita muda dikirim oleh kakeknya ke Kyai Imam Besari, untuk berguru agama Islam di Pesantren Gebang Tinatar. Pesantren tersebut berada di Desa Tegalsari, yang masuk wilayah Ponorogo.

Berguru di pesantren, tak membuat kebengalannya surut. Ranggawarsita masih saja bandel dan suka berjudi. Bahkan, dia sempat kabur ke wilayah Madiun. Namun, saat berada di wilayah Sungai Kedungwatu, Ranggwarsita mendapatkan penyadaran, sehingga kembali ke pesantren dan berubah menjadi alim serta pandai mengaji.

Pulang kembali ke Surakarta, dengan kondisi telah menjadi alim, membuat Ranggawarsita diangkat menjadi cucu Panembahan Buminoto, yang merupakan adik Pakubuwana IV.

Ranggawarsita kemudian diangkat sebagai Carik Kadipaten Anom, dengan gelar Mas Pajanganom pada 28 Oktober 1819. Namun, saat kepemimpinan beralih ke Pakubuwana V yang memerintah sepanjang tahun 1820-1823, karier Ranggawarsita tersendat.

Pakubuwono V tak menyukai kakek angkat Ranggawarsita, Panembahan Buminoto. Pakubuwono V merasa Panembahan Buminoto selalu mendesaknya untuk menaikkan pangkat Ranggawarsita.

Ranggawarsita menikah dengan Raden Ayu Gombak, pada 9 November 1821. Usai menikah, Ranggawarsita ikut mertuanya, yaitu Adipati Cakradiningrat di Kediri. Berada di Kediri, membuat Ranggawarsita mengalami kejenuhan, sehingga memutuskan untuk mengembara bersama Ki Tanujoyo.

Pengembaraan itu, diduga dilakukan Ranggawarsita sampai ke Pulau Bali. Tak sekedar mengembara, Ranggawarsita juga mempelajari naskah-naskah sastra Hindu koleksi Ki Ajar Sidalaku.

Gelar Raden Ngabei Ranggawarsita, akhirnya diterimanya saat pulang dari pengembaraannya, dan diangkat menjadi Panewu Carik Kadipaten Anom. Dia menggantikan posisi ayahnya yang meninggal saat di penjara Belanda tahun 1830.

Meninggalnya Yasadipura II, membuat Ranggawarsita diangkat sebagai pujangga Kasunanan Surakarta, oleh Pakubuwana VII pada tanggal 14 September 1845. Ranggawarsita melahirkan banyak karya sastra di masa pemerintahan Pakubuwana VII.

Bukan hanya itu, Ranggawarsita memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan Pakubuwana VII. Dia juga dikenal sakti oleh banyak kalangan, dan menjadi peramal yang sangat ulung.

Meski memiliki darah biru, dan menjadi pujangga Kesunan Surakarta, Ranggawarsita dikenal sangat peduli terhadap nasib rakyat kecil. Bahkan, dalam sejumlah naskah Ranggawarsita dikisahkan sebagai orang yang mengerti bahasa binatang, hal ini diduga hanya sebagai simbol tentang kepeduliannya terhadap kesusahan rakyat jelata.

Editor : Asep Juhariyono

Follow Berita iNews Ciamisraya di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut