CALIFORNIA, iNewsCiamisRaya.id – Makhluk campuran manusia-monyet dengan sel induk manusia, telah diciptakan para ilmuwan dari Salk Institute di California, Amerika Serikat (AS). Para pakar mengkritik pekerjaan itu dan mempertanyakan soal etika.
Para ilmuwan Amerika tersebut, setelah menumbuhkan sel manusia dalam embrio monyet menghasilkan chimera manusia-monyet. Mereka menciptakan hal itu dalam usaha untuk lebih memahami tentang bagaimana sel berkembang dan berkomunikasi satu sama lain.
Campuran dari berbagai makhluk hidup ini merupakan gambaran makhluk fiktif dari mitologi Yunani dan dikenal dengan istilah chimera. Saat ini, istilah itu sering digunakan untuk menggambarkan makhluk yang dibuat dari gabungan dua genetik yang berbeda.
Beberapa ahli etika di Inggris telah menyuarakan keprihatinan, dengan mengatakan pekerjaan itu menimbulkan tantangan etika dan hukum yang signifikan dan membuka kotak pandora untuk chimera "manusia-bukan manusia".
Mereka menyerukan diskusi publik tentang tantangan etika dan peraturan yang terkait dengan chimera manusia-hewan.
Dalam pekerjaannya, para peneliti dari Salk Institute di California memasukkan sel induk manusia—sel khusus yang memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel—ke dalam embrio monyet di cawan petri di laboratorium.
Para ilmuwan, yang dipimpin oleh Profesor Juan Carlos Izpisua Belmonte, mengatakan pekerjaan mereka dapat membuka jalan untuk mengatasi kekurangan organ yang dapat ditransplantasikan serta membantu memahami lebih banyak tentang perkembangan awal manusia, perkembangan penyakit, dan penuaan.
"Pendekatan chimeric ini bisa sangat berguna untuk memajukan penelitian biomedis tidak hanya pada tahap paling awal kehidupan, tetapi juga tahap kehidupan terbaru," kata Belmonte, seperti dikutip The Mirror, Jumat (16/4/2021).
Pada 2017, Belmonte dan timnya menciptakan hibrida manusia-babi pertama, di mana mereka memasukkan sel manusia ke dalam jaringan babi tahap awal tetapi menemukan bahwa sel manusia di lingkungan ini memiliki komunikasi molekuler yang buruk.
Jadi tim memutuskan untuk menyelidiki chimera yang tumbuh di laboratorium menggunakan spesies yang lebih dekat hubungannya, yakni monyet.
Embrio chimeric manusia-monyet dipantau di laboratorium selama 19 hari sebelum dihancurkan.
Menurut para ilmuwan, hasil yang dipublikasikan di jurnal Cell, menunjukkan bahwa sel induk manusia "bertahan dan terintegrasi dengan efisiensi relatif yang lebih baik daripada percobaan sebelumnya pada jaringan babi".
Tim tersebut mengatakan pemahaman lebih lanjut tentang bagaimana sel dari spesies yang berbeda berkomunikasi satu sama lain dapat memberikan pandangan sekilas yang belum pernah terjadi sebelumnya ke tahap awal perkembangan manusia serta menawarkan para ilmuwan "alat yang ampuh" untuk penelitian tentang pengobatan regeneratif.
Editor : Asep Juhariyono