CIAMIS, CiamisRaya.iNews.id - Sudah lebih dua bulan terakhir petani cabai di sentra sayur mayur kawasan agropolitan Sukamantri dihantui penyakit patek atau disebut juga penyakit antraknos.
Penyakit patek ini menyerang semua jenis cabai dan menyerang semua bagian tanaman cabai mulai dari 606 sampai pucuk. Terutama buah. Buah cabai yang terjangkit patek, diawali dengan munculnya bercak coklat kehitaman. kemudian buah cabai jadi busuk dan lunak hingga jadi kering dan mengkerut
Akibat serangan penyakit yang disebabkan jamur Colletotricum capsicy tersebut hasil panen anjlok drastis sampai 50 persen lebih.
"Dalam kondisi normal tiap kali panen (4 hari sekali) bisa dapat 1 kuintal sampai 1,5 kuintal cengek domba (cabai rawit merah). Tapi sudah 3 bulan ini hasil panen rata-rata hanya sekitar 50 kg, bahkan pernah dapat cuma 30 kg," keluh Darno (60) petani cabai di Blok Puncak Joho Dusun Nusasireum Desa Cibeureum Sukamantri Ciamis kepada CiamisRaya.iNews.id Sabtu (1/2/2025).
Di lahan kebunnya seluas 70 bata (0,1 hektar) tak jauh dari destinasi wisata Mini Rancah Puncak Joho tersebut kini Darno membudidayakan cabai rawit merah (cengek domba) usia 7 bulan. Sudah memasuki masa panen sejak 3 bulan lalu. Namun hasil panennya anjlok, berkurang 50 % lebih.
Biasanya dari kebun seluas 70 bata tersebut setiap panen (4 hari sekali) biasanya dapat rata-rata 1 kuintal sampai 1,5 kuintal cengek domba. Namun sejak 3 bulan lalu, selama cuaca ekstreem yang ditandai denga seringnya turun hujan deras berdurasi lama, serangan hama penyakit marak dipicu kondisi cuaca. Terutama penyakit patek yang membuat hasil panen anjlok sampai 50 % lebih.
"Sekarang sekali panen hasilnya paling banyak sekitar 50 kg, bahkan sering kurang," katanya.
Saat panen awal 3 bulan lalu menurut Darno, petani benar-benar terpukul. Harga cengek domba hanya Rp 15.000 sampai Rp 18.000/kg.
"Waktu itu hasil panen hanya cukup untuk beli obat-obatan dan pupuk. Alhamdulillah sebulan terakhir harga cengek domba naik tajam. Sekarang di tingkat petani harga cengek domba sudah sampai Rp 50.000/kg," ujar Darno bersyukur.
Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi serangan penyakit patek, tidak hanya dengan menyemprotan fungisida tetapi juga memperbaiki drainase kebun agar air tidak menggenang serta mengurangi kelembaban.
"Yang paling penting memetik buah cengek yang sudah kena patek. Buah cabai yang bercak-bercak seperti ini langsung dipetik, dibuang dikubur," imbuhnya.
Kalau dibiarkan tetap di pohon, penyakit sangat cepat menular.
"Penyakitnya sangat cepat menular, seperti virus corona (Covid 19). Makanya setiap kerjaaan metik buah cabai yang kena patek. Menyelamatkan buah yang tidak tertular. Setiap hari sampai 15 kg, buah cengek domba yang dipetik dan dibuang begitu saja,"ungkap Darno.
Sabtu siang tersebut, Darno sejak jam 09.00 mengecek setiap pohon cengek domba, kemudian memetik buah yang kena penyakit patek agar tidak menular. Sampai jam 14.00 WIB sudah terkumpul 10 kg lebih.
"Ini semua, ada sekitar 10 kg lebih. Semuanya sudah kena patek," katanya sembari kantong keresek hitam berisi buah cengek domba yang terjangkit antraknos.
Tanaman cengek domba di kebun yang digarap Darno termasuk subur, tingginya mencapai 2 meter bahkan ada yang lebih. Agar tetap kuat, tidak rebah, pohon cabainya disangga dengam ajir (tiang bambu).
"Kebetulan tanamannya generasi pertama (F1) jadi tingginya bisa 2 meter. Ada juga yang lebih. Kalau cara pemeliharaannya bagus, umur cengek domba bisa sampai 1,5:tahun. Dipanennya setiap 4 hari sekali sejak usia 4 bulan. Yang ini umur cabainya baru 7 bulan," jelas Darno.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait